Jelajah Air Hitam Keunikan Wisata Minat Khusus di Cagar Biosfer Riau

Senin, 26 Januari 2015 | 05:01:43 WIB
Enjoy Bermalam di tengah hutan menginap di Sundak Reseach Shelter###Homestay Khas Melayu di Dusun Bukit Batu Laut, Telah Siap Menerima Wisatawan###

INFRASTRUKTUR JALAN yang sangat baik menuju lokasi cagar biosfer blok Bukit Batu, dan beberapa daya tarik ekowisata yang dapat dinikmati sebelum sampai di tujuan utama yaitu kawasan hamparan alami hutan gambut dengan tasik dan sungai air hitam yang menakjubkan. 

Berangkat sekitar jam 8 dari Pekanbaru menuju ke lokasi utama, yang menghabiskan waktu sekitar 5 jam. Terediannya alat transport yang nyaman yang dikhusukan untuk kegiatan perjalanan wisata. Tranportasi ini dapat menghubungi travel-travel agency wisata di kota 
Pekanbaru, atau bagi yang mempunyai dana terbatas, dapat menggunakan transporatasi umum yang sangat nyaman yaitu travel. 

Disetiap perjalanannya wisatawan dapat menikmati paket ekowisata yang terintegrasi dengan daya tarik objek-objek wisata lainnya, seperti wisata budaya, sejarah, dan kuliner akan sangat bermanfaat untuk mengurangi kejenuhan peserta ekowisata.

Tentunya waktu tempuh lima jam menuju lokasi utama, dapat dihindari dengan menawarkan paket bermalam di kota Siak. Berbagai produk ekowisata, budaya, kuliner melayu dan atraksi kesenian dapat memanjakan para wisatawan. 

Pengembangan Desa Sei Mempura sebagai kawasan pengembangan Ekowisata di Siak, menjadi alternatif bagi para wisatawan yang ingin menikmati suasana kampung menginap di homestay masyarakat yang memang sudah terorganisir sebagai desa sadar ekowisata. Berlatar belakang Kemegahan Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah, kota Siak semakin memberi pemandangan yang indah dimalam hari. 

Berbagai macam penginapan tersedia di Kota Siak, dari yang murah berupa wisma, juga hotel yang cukup nyaman dengan suasana desa seperti Hotel Grand Mempura.

Keesokan harinya wisatawan dapat melanjutkan perjalanan menuju desa Bukit Batu, dengan jarak tempuh sekitar 2 jam dari Kota Siak, berbagai keunikan desa ini, selain pemandangan dan suasana kampung yang indah, kuliner melayu tersedia, juga kerajinan tenun.  
Selain itu peserta dapat menikmati paket utama yaitu wisata sejarah Laksamana Raja di Laut, dengan Legenda yang terkenal Ikan Terubuk. Meriam peninggalan portugis juga dapat disaksikan untuk melengkapi pengetahuan tentang sejarah daerah Bukit Batu pada masa lalu.

Kurang dari satu Jam, peserta sudah sampai di desa Temiang, desa yang berbatasan langsung dengan tujuan utama dari perjalanan ekowisata, yaitu hamparan alami hutan gambut, sungai dan tasik air hitam. 

Wisatawan dengan minat khusus, dapat bermalam di Sundak Research Shelter dengan kapasitas maksimal 10 orang, Menikamati malam ditengah hutan akan memberikan pengalaman yang unik dan menakjubkan tentunya. 

Meskipun secara kelembagaan desa sadar ekowisata belum cukup kuat, tetapi melalui kelompok masyarakat yang tergabung di KMPH desa Temiang dapat membantu para wisatawan yang akan masuk kawasan utama ekowisata dengan sebelumnya mereka harus berkoordinasi terlebih dahulu kepada pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Riau (BBKSDA), melalui pemberian surat ijin masuk kawasan konservasi (SIMAKSI).

Enjoy Bermalam di tengah hutan menginap di Sundak Reseach Shelter  Untuk menjadikan Cagar Biosfer Giam Siak, khususnya SM Bukit Batu, sebagai lokasi pengembangan daya tarik wisata minat khusus yang unik memang masih membutuhkan waktu dan dukungan dari berbagai pihak. 

Oleh karena itu, diperlukan peningkatan peran multi stakeholder terutama yang terkait dengan pengembangan produk ekowisata dengan tujuan akhir melibatkan peran serta aktif masyarakat desa yang secara perlahan diharapkan memberikan manfaat ekonomi dan membantu upaya pengelolaan yang lebih baik sumberdaya alami gambut di kawasan konservasi Suaka Marga Satwa Bukit Batu, seperti: 

1.Para peserta menginap di rumah penduduk (homestay), sehingga mereka mendapatkan uang sewa kamar dan Ibu Rumah Tangga tersebut dapat menyediakan makan khas Melayu, dan (2) Mereka dapat menyewakan perahu untuk menuju Core Zone Cagar Biosfer dan pendamping/guide dilapangan. (3) peserta dapat menikmati terbit dan tenggelamnya matahari dari pemandangan pesisi yang menakjubkan dengan hutan-hutan mangrove yang melengkapi keindahaannya.

###

Homestay Khas Melayu di Dusun Bukit Batu Laut, Telah Siap Menerima Wisatawan Indonesia memiliki berbagai bentuk keunikan dan keindahan alam serta tradisi budaya, dan sejarah yang menyebar di hampir setiap daerah di Nusantara. 

Disisi lainnya adanya perubahan trend kegiatan pariwisata dari wisata konvensional atau massal (mass tourism) menjadi perjalanan wisata yang disebut wisata minat khusus (special interest tourism), yaitu suatu bentuk wisata yang bertujuan untuk memenuhi minat-minat khusus dari kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Salah satu bentuk wisata minat khusus adalah ekowisata (ecotourism), yaitu suatu bentuk wisata alam yang biasanya menggabungkan antara minat menambah pengetahuan dan minat berpetualang. 

Perpaduan keunikan dan keindahan alam yang dimiliki Indonesia dan kebutuhan akan berkembangnya daerah-daerah tujuan wisata minat khusus selain yang sudah popular seperti Bali, Yogyakarta dan Bandung memberikan tantangan besar bagi daerah-daerah lainnya untuk memanfaatkan momentum tersebut. Sehingga para wisatawan mempunyai banyak pilihan untuk menentukan melakukan perjalanan wisata.

Tumbuhnya kelompok-kelompok masyarakat untuk melakukan perjalanan  ekowisata membuka peluang bagi pengembangan kawasan-kawasan yang memiliki potensi sebagai destinasi ekowisata.  Dalam hal ini, Propinsi Riau merupakan salah satu daerah  yang memiliki potensi ekowisata, diantaranya adalah Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu (CB GSK-BB) yang telah ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 2009.

CB GSK-BB merupakan hamparan ekosistem hutan rawa gambut yang sangat luas, dimana didalamnya terdapat beberapa sungai dan tasik-tasik air hitam yang sangat unik. Di dalam cagar ini masih terdapat hutan rawa gambut yang sangat kaya akan keanekaragaman hayati. Cagar biosfer ini juga dipandang memiliki sumbangan penting bagi keseimbangan iklim global, mengingat besarnya kandungan karbon yang tersimpan didalamnya, yaitu dalam bentuk bahan organik di gambut. 

Menurut proyeksi Man and Biosphere (MAB), yaitu lembaga di bawah naungan UNESCO yang secara khusus menangani cagar biosfer, CB GSK-BB dinilai mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai destinasi ekowisata.

Hal ini, selain didasarkan atas pertimbangan keunikan lansekap dan ekosistem serta latar belakang  sejarah dan budaya Melayu yang ada di kedua kawasan ini, juga relatif dekatnya CB GSK-BB dengan Malaysia dan Singapura, yang merupakan dua diantara simpul-simpul terpenting destinasi wisata dunia di wilayah Asia Tenggara. 

Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang menggunakan berbagai variabel  baik internal maupun eksternal kawasan CB GSK-BB dan penilaian terhadap sepuluh parameter kelayakan ekowisata yaitu diantaranya: 

(1) daya tarik lansekap dan ekosistem (2) sensitivitas ekologis (3) sensitivitas sosial dan budaya (4) akseptibilitas masyarakat tempatan (5) potensi-potensi lain (6) kesiapan kelembagaan (7) potensi pasar ekowisata (8) dukungan pemerintah  (9) aksesibilitas lokasi  (10) jejaring ekowisata. 

Seperti diketahui kawasan CB GSK-BB memiliki keunikan berupa daya tarik lansekap dan ekosistem yang tinggi. Kawasan ini didominasi oleh ekosistem gambut yang terintegrasi dengan sungai, tasik, estuaria dan ekosistem mangrove dengan keunikan potensi flora dan 
fauna serta keindahan alam. 

Selain itu, keragaman tradisi dan budaya serta penerimaan  masyarakat tempatan dan dukungan pemerintah daerah terhadap pengembangan obyek ekowisata merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung rencana pengembangan kawasan CB GSK-BB menjadi daerah destinasi ekowisata. Dari penilaian parameter kelayakan ekowisata menunjukan bahwa kawasan CB GSK-BB layak dikembangkan sebagai daerah destinasi ekowisata.


Penulis: Dr. Haris Gunawan/ Direktur CTPRC Indonesia

###

Terkini