ROKAN HULU, UTUSANRIAU.CO - Anggota Komisi II DPRD Rokan Hulu (Rohul) merasa prihatin dengan kondisi bangunan Istana Rokan di Desa Rokan Koto Ruang, Kecamatan Rokan IV Koto. Pasalnya, bangunan peninggalan sejarah ini sudah mulai lapuk dimakan usia.
Hal ini terungkap dari Kunjungan Kerja Komisi II DPRD Rohul yang juga membidangi bidang pariwisata dan kebudayaan di Kecamatan Rokan IV Koto, Kamis (16/4/15), dipimpin Ketua Komisi Novliwanda Ade Putra ST, Wakil Ketua Komisi Mohd. Aidi SH, Sekretaris Komisi Kasmawati.
Kunker ini diikuti Anggota Komisi II DPRD Rohul, seperti, H. Muftiali, H. Abu Bakar, Enggan Siregar, Arisman Nora S.Sos, dan Aris Reza Lc, dan dihadiri Sekretaris Camat Rokan IV Koto Afkar.
Menurut Mohd. Aidi, Istana Rokan merupakan salah satu Situs Cagar Budaya peninggalan sejarah Indonesia. Dan sudah seharusnya, aset negara tersebut juga mendapatkan perhatian serius dari pemerintah.
Selain lapuk, beberapa bangunan juga perlu direnovasi oleh pemerintah. Di beberapa sisi sudah rusak, seperti tangga, jendela, dinding, dan atap Istana Rokan. Bahkan, beberapa ukiran dan bentuk bangunan peninggalan dari sejarah Minangkabau Pagaruyung Sumatera Barat ini sudah tidak sesuai aslinya.
Mirisnya lagi, sebagian besar benda-benda peninggalan sejarah sudah tidak lagi tersimpan di dalam di Istana Rokan. Benda-benda ini sudah hilang semasa penjajahan.
"Kata warga sekitar yang kita temui, benda-benda sejarah sudah hilang semasa zaman penjajahan. Kita juga memperhatikan kondisi bangunan, sudah seharusnya direnovasi," kata Aidi
###Politisi Partai Demokrat ini mengharapkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Rohul ikut memikirkan nasib Istana Rokan. Sebab merupakan Situs Cagar Budaya, dan patut dijaga sebagai aset sejarah.
"Kami dari Komisi II mengharapkan, istana ini benar-benar dirawat, karena merupakan aset peninggalan sejarah. Kata warga, pihak Provinsi Riau sudah turun, namun belum ada kabarnya," jelas Aidi.
Menurut warga Desa Rokan Koto Ruang, Untung Hendra (38), selaku salah satu anggota suku dari Raja Piliang, dirinya sangat prihatin dengan kondisi Istana Rokan. Dia mengharapkan istana itu direnovasi.
Menurut dirinya, dari tujuh turunan Raja Piliang, ada dua suku yang masih tinggal di sekitar Istana Rokan. Mereka merasa khawatir akan nasib bangunan peninggalan sejarah tesebut.
"Banyak benda-benda peninggalan sejarah sudah hilang, seperti keris, tombak, dan meriam. Bahkan meriam yang sebelumnya ada, kini sudah hilang, mulai dari yang kecil sampai yang besar," jelas Untung.
Untung mengungkapkan benda-benda peninggalan sejarah di Istana Rokan sudah hilang pada zaman perang sekitar tahun 1900-an.
Terlepas benda-benda sejarah yang hilang, Untung mengatakan bahwa banyak yang perlu dibenahi di Istana Rokan, seperti lantai istana yang lapuk, dinding, jendela atau atap.
Istana Rokan sebelumnya tidak dicat, kini juga sudah dicat. Bahkan, kata Untung, sekarang di istana ini dikasih Lembayung. "Artinya, bangunannya sudah tidak sesuai lagi dengan aslinya," ungkapnya.
Dapur istana yang dulunya ada, tambah Untung, kini sudah ada lagi, termasuk lumbung padi berukuran 2 mete kali 4 meter sudah tidak ada tempatnya, termasuk pintunya.
"Tahun 1901, atap masih pakai atap ijok. Namun 15 tahun kemudian diganti atap seng. Dan kini atap sudah banyak yang bocor," jelasnya.
Ukiran di dekat jenjang (tangga), sambung Untung, juga sudah tidak asli lagi. Dia memperkirakan ada 15 buah ukiran baru di Istana Rokan yang tidak asli lagi. "Memang diukir baru, tapi tidak serupa," katanya.
Ukiran ular naga di pintuk masuk juga tidak asli lagi. Namun, saat kita masuk ke dalam, ada ukiran naga yang masih asli seperti pada zaman Raja Piliang.
"Harapan kami agar dipasang juga lampu taman, sehingga tetap terang. Kalau malam, Istana Rokan masih gelap. Kalau pengunjung masih banyak yang kesini," tandas Untung.**(Ar)
###