Pekanbaru, utusanriau.com - Dalam upaya menjaga konservasi burung pemangsa dan habitatnya di Riau bekerjasama dengan PJLKKHL-Kementerian Kehutanan RI Dan Balai Besar KSDA-Riau Himpunan Mahasiswa Biologi ( HIMABIO) UR bersama Suaka Elang-Bogor, Kelompok Studi Lingkungan Hidup (KSLH-Riau) menggelar Workshop.
Workshop yang di laksanakan di Auditorium FMIPA UR Senin (16/02) kemarin di hadiri Direktur PJLKKHL-Kementerian Kehutanan RI, DR. Ir. Bambang Suprianto M.Sc Dan 113 peserta yang bertujuan untuk inisiasi "Konservasi burung pemangsa dan Habitatnya di Riau" sebagai upaya Membangun harmonisasi antara Manusia Burung pemangsa dan lingkungan dalam konsep Pusat Rehabilitasi dan Sanctuary.
Acara dibuka oleh Dr. rer. nat Delita Zul M.Si selaku kajur Biologi UR Dan dilanjutkan dengan coffee break sebelum panel 1 dimulai. Gunawan, selaku Koordinator Pengembang Program Suaka Elang mengatakan kegiatan ini tindak lanjut dari kegiatan pelepasliaran elang bondol di kawasan wisata desa buluh cina-Kampar yang telah dilaksanakan pada bulan Juli 2012 yang lalu.
Materi yang disampaikan dalam workshop ini adalah Hasil kegiatan pelepasliaran Elang Brontok di Buluh Cina dan Rehabilitasi sebagai salah satu upaya konservasi burung pemangsa disampaikan oleh Gunawan, Upaya Konservasi di Riau disampaikan oleh Ir. Kemal Amas M.Sc (BBKSDA Riau), Pelibatan masyarakat lokal dalam upaya konservasi Dan sector swasta oleh DR. Ir. Bambang Suprianto M.Sc (Direktur PJLKKHL) Dan Avitourisim sebagai sumberdaya tarik Ekowisata potensial di propinsi Riau disampaikan oleh dosen Biologi UR, DR. Haris Gunawan.
"Sebagai mahasiswa biologi, kami merasa bangga dapat berkontribusi dan berkolaborasi dalam upaya pelestarian Raptor di Indonesia khususnya di Riau sebagai salah satu biodiversitas yang penting dalam suatu ekosistem. perburuan untuk diperdagangkan secara illegal membuat satwa ini meuju kepunahan seperti halnya harimau sumatera yang terfragmentasi habitatnya oleh pembukaan hutan secara besar-besaran di Riau",ujar Mizna Abdullah selaku Ketua Pelaksana.
Pada panel 2 disampaikan hasil pemantauan burung migran di Bogor oleh Fransiska Noni (Burung Nusantara), di Rupat oleh Heri Tarmizi (KSLH-Riau) Dan di bali oleh Mohammad Saifudin (Kokokan-Bali) Dan dilanjutkan dengan diskusi tentang rencana gerakan konservasi burung pemangsa/ Raptor di Riau yang dipandu oleh Kuswandono M.Si (PJLKKHL) menghasilkan rumusan berupa," Konsep konservasi melalui ekowisata dengan masyarakat sebagai Tour Guide untuk meningkatkan ekonomi masyarakat,"
Namun hasil rumusan tersebut, masih Perlu adanya dukungan dari LIPI atau kolaborasi lain untuk keperluan penelitian, skripsi dan edukasi tentang burung pemangsa, Buat komunitas pengamat burun pemangsa untuk meningkatkan kepedulian, Kegiatan edukasi dan monitoring tentang burung pemangsa dikemas dengan kegiatan yang menarik, unik dan flexible, mengkampanyekan pengamatan burung elang tidaklah sulit Dan Mengkonservasi habitat burung pemangsa sebagai ekosistem esensial.
Acara dilanjutkan pada selasa (17/12) dengan melakukan pengenalan Dan pengamatan raptor bersama Raptor Indonesia. (rls)