PARIS, UTUSANRIAU.CO - Pemerintah Prancis meningkatkan keamanan di sekitar kamp pengungsi Suriah di Calais. Peningkatan keamanan tersebut menyusul terjadinya bentrokan antara pengungsi dengan pasukan keamanan di sebelah utara kota pelabuhan.
Dilansir dari AFP, Rabu (11/11/2015), bentrokan tersebut terjadi karena para pengungsi gagal masuk melalui selat ke Inggris. Polisi kemudian membubarkan bentrokan yang mengganggu lalu lintas di Calais itu dengan tembakan dan juga gas air mata.
Bentrokan juga disertai dengan pelemparan batu dan benda-benda lain di ke petugas. Sebanyak 27 perwira polisi dilaporkan terluka ringan, sementara dari para pengungsi belum diketahui jumlah yang terluka.
Pejabat pemerintahan setempat Fabienne Buccio, mengatakan bahwa ada fenomena baru yang terjadi di dekat kamp. Fenomena bernama 'jungle' itu telah membuat kerusakan dan juga pencurian serta kekerasan.
"Kami akan mengerahkan pasukan keamanan, sehingga mereka bisa berinteraksi dengan masyarakat setempat," kata Buccio.
"Beberapa pengungsi juga sering memblokir jalan lingkar sehingga beberapa truk masyarakat yang akan melintas menjadi terhalang," lanjutnya.
Petugas kepolisian hingga saat ini telah mendatangi masyarakat setempat. Kekerasan yang dilakukan terjadi karena frustasi para pengungsi yang belum bisa mencapai Inggris, tujuan akhir mereka.
Ribuan migran diketahui menuju pantai utara Prancis untuk mencari harapan hidup menuju Inggris dengan menyeberangi Selat Channel. Namun hal tersebut bukanlah perkara mudah.
Selasa lalu seorang pria 20 tahun ditemukan tewas di dalam sebuah truk dekat pelabuhan Calais setelah terhimpit balok kayu. Sore sebelumnya 15 orang imigran ditemukan bersembunyi di dalam sebuah tanker di daerah Arras, 95 kilometer selatan Prancis dengan kondisi telah bersentuhan dengan racun timah meski belum ada yang menunjukkan tanda-tanda keracunan.
Sementara pada 27 Agustus lalu, 71 jenazah ditemukan dalam keadaan membusuk di sisi jalan tol negara Austria. Kondisi itu memicu kemarahan publik yang menganggap penderitaan para imigran ini adalah yang terburuk sejak Perang Dunia ke-II. (detiknews.com)