Melibatkan Masyarakat Tempatan Dalam Pengembangan Ekowisata

Rabu, 22 Januari 2014 | 03:01:58 WIB
###

Perjalanan menuju Desa Temiang, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis pada tanggal 25 agustus 2013 akhirnya memberikan kesan yang mendalam dan pengalaman yang sangat berharga tentang bagaiamana masyarakat dan kalangan kampus mengagas pendekatan lain dalam memanfaatkan sumberdaya alam agar tetap bertahan dan lestari. Kami disambut hangat oleh masyarakat desa Temiang, Bukit batu di Posko KMPH (Kelompok Masyarakat Peduli Hutan) yang merupakan kediaman bapak Yasar. salah satu warga di Desa Temiang.

Sebuah kesempatan yang sangat berharga dimana LPM UR dapat hadir ditengah masyarakat yang perlu bimbingan dan jalan keluar dalam mengelola melimpah dan indahnya alam di sekitar kampungnya melalui dosen-dosen dari Departemen Biologi, FMIPA UR.

 Bagi saya telah diikut sertakan dalam rombongan yang di ketuai oleh Direktur Eksekutif CTPRC  Indonesia, Dr, Haris Gunawan yang mempresentasikan tentang Pelestarian Ekosistem Gambut Melalui Ekowisata. Ekowisata  sendiri adalah perjalanan yang bertanggung jawab ketempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahtraan penduduk setempat. Dimana pelestarian ini akan berdampak besar pada kehidupan sosial ekonomi dan mendorong peran serta partisipasi masyarakat  Desa Temiang dalam usaha penyelamatan ekosistem hutan rawa gambut tropika. Dalam suasana diskusi terlintas pertanyaan yang dituturkan oleh salah seorang warga desa temiang tentang  Bagaimana mengamankan hutan yang berada di pesisir sungai , sementara perambahan hutan yang semakin luas kerap terjadi . Ini sangat penting dan harus menjadi perhatian kita semua, tidak saja pemerintah tetapi harus semua lapisan masyarakat.

Sebuah Contoh Kehidupan Selaras antara Manusia dan alam sekitar menjadi topik yang menarik dalam diskusi kali ini, dimana Bapak Drs. Ahmad Muhammad menjelaskan tentang sebuah perkampungan yang bersahaja,tetapi tertib. Tidak kaya tetapi cukup sejahtera, dimana alam dan budaya manusia bersanding selaras. Kampung ini secara administratif berada di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat.

Yang mengherankan kita Mengapa di Kampung Naga keselarasan semacam itu bisa terus terpelihara dari generasi ke generasi, sementara di berbagai kampung/desa lain hal tersebut cepat menghilang?. Apakah kehidupan yang selaras dengan alam sebagaimana yang terdapat di Kampung Naga tersebut bisa kita contoh? .Sekiranya tidak semuanya, dalam hal apa saja kampung-kampung/desa-desa lain di Tanah Air bisa mencontoh kehidupan di Kampung Naga?  Seperti Pepatah Melayu bilang Lain Lubuk Lain Ikan , Lain Lalang Lain belalang. Bukan tidak mungkin, di kampung-kampung/desa-desa lain yang penduduknya dan adat-istiadatmya berbeda juga terdapat kearifan asli, seperti di Kampung Naga ungkap bapak Ahmad.

Dilanjutkan dengan Ekosistem mangrove sebagai daya tarik Ekowisata yang di persentasikan oleh Dr. Radith Mahatma, dimana Desa Bukit Batu Laut merupakan daerah pesisir yang memiliki masih memiliki ekosistem mangrove ,ia menjelaskan bahwa Sekilas memang Mangrove itu tidak menarik untuk dipandang selain berlumpur dan berawa-rawa namun apa yang terjadi jika dikelola dengan baik sebagai Ekologi wisata  selain menjadi Laboratorium Alam Terbesar .Tentunya akan tetap menjaga ekosistem habitat satwa liar seperti burung, hewan-hewan reptil dan tentunya ikan dan udang.
 
Di daerah Bukit Batu Laut terjadi kikisan air laut sekitar 400 m dan masyarakat sangat khawatir terhadap kondisi tersebut . Dimana daerah kain sepat merupakan kondisi yang paling rawan. Pemerintah harus tegas menghentikan perambahan hutan mangrove tersebut. Jika tidak, dalam kurun waktu beberapa tahun ke depan kabupaten ini bisa kehilangan hutan mangrovenya.
Jadikan Desa Temiang sebagai omset yang akan dinikmati oleh anak cucu masyarakat Desa ungkap Dr. Herman, Msc yang sangat bersemangat dalam mendiskusikan Ekowisata, dan bagaimana masyarakat lokal di kampung Melayu asal beliau telah kehilangan hampir sebagian potensi alam yang indah saat beliau masih kecil, dan ini tidak perlu terjadi lagi di desa-desa seluruh Riau, Ujarnya.

Gabungan Desa Temiang, Sukajadi, dan Bukit Batu Laut sendiri akan membentuk suatu kelembagaan yaitu “Melayu Sejahtera” sebagai unit usaha yang akan di canangkan oleh Masyarakat Desa Temiang. Hanya saja masyarakat kekurangan relasi untuk mempublikasikan dan juga membutuhkan binaan yang sangat jelas dari pemerintah dan pihak-pihak lainnya .untuk menjalankan program-program yang telah dicanangkan oleh masyarakat dalam rangka memperkenalkan desa dan kekayaan alamnya untuk meningkatkan  kesejahteraan masyarakat, sehingga kesadaran, kemauan dan kepeduliaan dalam upaya-upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya meningkat. Selanjutnya, mewujudkan keserasian dan keharmonisan antara kelestarian kawasan konservasi dengan kehidupan masyarakat.

Keindahan desa Bukit Laut, terletak di Muara Sungai Bukit Batu, Menarik diintegrasikan dengan pengembangan ekowisata di Cagar Biosfer Giam Siak.(photo haris.doc)

Penulis:

 

ANTIKA FARDILLA dan Dr. HARIS GUNAWAN
(photo haris.doc)

(Dr, Haris Gunawan: Direktur Eksekutif CTPRC  Indonesia)

###

Terkini