Didiet Maulana Tampilkan Busana Monokrom

Kamis, 24 Maret 2016 | 08:03:54 WIB
###


UTUSANRIAU.CO - Desainer Didiet Maulana kembali unjuk kebolehannya mengolah wastra tradisional. Mengangkat kemewahan kain stagen Yogyakarta untuk koleksi Mentari 2016, Didiet melalui labelnya IKAT Indonesia keluar dari zona nyamannya dengan menjamah elemen-elemen desain yang asing buatnya.

Dalam perhelatan Plaza Indonesia Fashion Week belum lama ini, Didiet menyuguhkan koleksi Mentari 2016 (sebutan khusus Didiet untuk koleksi Spring-Summer) yang bertajuk 'The Breeze of the East'.
Ada yang berbeda pada koleksi ini dari koleksi pendahulunya. Bila biasanya warna-warna cerah mendominasi koleksinya, kali ini Didiet justru memilih nuansa monokromatik dalam palet hitam, abu-abu, dan putih. Hal tersebut memberikan tantangan tersendiri bagi Didiet karena belum pernah mengaplikasikan warna tersebut dalam rancangannya.

"Muncul rasa jenuh karena selalu menampilkan sesuatu yang warna-warni. Oleh karena itu, aku ingin menghadirkan sesuatu yang baru dengan menggunakan warna monokromatik. Cukup menantang karena ini pertama kalinya ," jelas Didiet saat ditemui Wolipop di butiknya di kawasan Pakubuwono, Jakarta Selatan, Rabu (23/3/2016).

Untuk koleksi ini, ia mengeksplor kain stagen Yogyakarta dan tenun sebagai material utamanya. Dalam pengolahan kain tenun dengan warna monokromatik, kata Didiet, ternyata tidak mudah. Para perajin sudah terbiasa menenun dengan benang yang berwarna sehingga butuh penyesuaian. "Beruntung mereka cepat menyesuaikan diri," kata Didiet yang menggandeng pengrajin di sejumlah daerah seperti Yogyakarta, Bali, dan Palembang. Kain tenun hadir dalam motif-motif dari daerah tersebut yang ia kembangkan lagi dengan sentuhan geometris. Beberapa motif merupakan hasil pengembangan Didiet dari motif di koleksi lama.

Mengolah kain stagen juga tidak kalah menantang mengingat ini pengalaman pertamanya. Dalam budaya masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya, kain stagen biasanya dipakai sebagai sabuk yang digulung meliliti pinggang hingga menyerupai korset. Di koleksi Didiet, kain stagen tampil dengan kombinasi motif lurik. Ada pula yang diolah dengan teknik pleats sehingga memberikan kesan mewah tersendiri.

Dari segi siluet pun, desainer lulusan Fakultas Teknik Jurusan Arsitek Universitas Parahyangan Bandung itu menghadirkan sesuatu yang baru. Inspirasi Didiet untuk siluet koleksi ini bersumber dari kebaya Bali yang berciri khas atasan yang fitted lalu sedikit mengembang pada bagian bawahnya. Bentuk itu lalu ia kembangkan lagi dengan permainan volume. "Jarang sekali aku menggunakan potongan-potongan yang bervolume," ungkap pria 35 tahun ini.

Tidak sia-sialah Didiet keluar dari zona nyamannya. Keberanian untuk mengambil risiko itu membuahkan 60 look untuk busana pria dan wanita bernuansa resor dalam nafas urban yang memikat. Dari pilihan gaun dengan garis leher V yang berinspirasi pada busana penari bali, terusan pendek yang dibungkus bahan transapran bervolume, atasan berpeplum dengan aksen kantong, rok midi berdekorasi volume yang konstruktif, dan celana jodhpur pants untuk pria.

Hadir pula pilihan outerwear seperti coat dan blazer untuk mengakomodasi kebutuhan klien yang berhijab. "Konsumen IKAT juga banyak datang dari kalangan berhijab. Makanya aku juga bermain dengan outerwear. Aku juga sekaligus ingin menunjukkan bahwa look busana muslim Indonesia itu chic," ujarnya.

Kuatnya unsur keterpakaian (wearable) yang ditujukan lewat padu-padan juga menjadi keunggulan koleksi ini. Pada sebuah look busana pria misalnya, dalaman transparan bisa tampil mewah setelah dipadukan dengan setelan. Bila ingin tampil kasual saat bersantai di pantai, cukup padukan dalaman itu dengan celana pendek.

"Melalui koleksi ini aku juga ingin menunjukkan tampil mewah tidak melulu identik dengan sesuatu yang bling-bling. Padu-padan yang memikat juga bisa memberikan kemewahan tersendiri," katanya. (wolipop.com)

###

Terkini