BUKITTINGGI,UTUSANRIAU.CO -- Kebanyakan pelatihan akan membosankan dan menjenuhkan. Hal berbeda terjadi pada acara pelatihan wartawan ekonomi dan bisnis wilayah Sumbagteng tahun 2014 (sumatra Barat,Riau,Kep.Riau dan Jambi), yang di gelar Bank Indonesia (BI) di Bukittinggi, Sabtu (12/4/14).
Pasalnya, selesai mendapat materi sehari penuh, para wartawan diajak santai dimalam harinya pada acara ramah tamah.
Dalam ramah tamah ini diselibkan hiburan dimana masing-masing wilayah didaulat bernyanyi dan berjoget bersama satu tim. Malam yang di penuhi kemeriahan ini juga bertabur hadiah menarik. Setiap peserta di tantang bermain kuis susun angka yang di bawakan dengan cara bernyanyi oleh presenter.
Tuan rumah, Mahdi Mahmudi, Kepala Kantor Wilayah VIII, Padang menyebutkan, ada 63 reporter dari 4 media yang hadir, se-Sumatra bagian Tengah.
"Makanya untuk pelatihan wartawan tahun ini di kemas dalam bentuk yang berbeda. Mudah-mudahan sharing ini akan meningkatkan kapabilitas wartawan,"ungkapnya.
Dia menyebut, Tahun 2013 lalu ada suatu yang signifikan yang terjadi yaitu pengalihan fungsi pengawasan dari BI ke OJK.
Ditempat yang sama, Salah satu pembicara Kepala Ekonom BNI, Ryan Kiryanto, memaparkan strategi pisisi BI pasca OJK. "Hadirnya OJK masih mencari jati diri," kata Ryan.
Diakuinya, meski tugas pengawasan Bank sudah berpindah ke OJK, BI kini memiliki tugas baru yakni pengawasan dilevel makro frudensial. Misalkan salah yang dilakukan pada semester lalu stabilisasi keuangan yang cenderung ketat dengan menaikkan BI rate di level 7,5 dari 5,5 sebelumnya.
Selain juga berupaya menekan inflasi dimana tahun lalu mencapai 8,8 persen. Memperbaiki devisit devisa di bawah 3 persen.
"Makanya core funktion BI adalah menjaga stabilitas moneter. Yang berdampak kepada pertumbuhan ekonomi.Jadi BI harus lebih banyak berkomunikasi,kepemrintah daerah, pusat. Makroprudensial perlu harmonisasi antara BI dan OJK,"tandas Ryan.
Kepala Kantor BI Perwakilan Riau, Mahdi Muhammad, dalam kesempatan ini menyatakan, Kehadiran media dari seluruh wilayah tengah ini dirasa dapat melekatkan kekeluargaan dan memberikan masukan kepada BI khususnya tentang strategi BI pasca berdirinya OJK.
"Kita melihat perlu diskusi setelah pengalihan tugas pengawasan ke OJK. Selain Isu-isu ekonomi perlu dibahasakan dengan bahasa yang mudah dipahami, ini peran dari media. Maka kita mencoba melakukannya dengan diklat ini. Kita berharap ada pemahaman yang sama antara media dan BI sehingga masyarakat memiliki pemahaman saman," ungkapnya.
Terkait pengalihan peran BI di pengawasan ke OJK, ia mengakui bagus. Meski demikian diharapkan dalam pengembangan ekonomi daerah tetap berkoordinasi karena tidak bisa mereka jalan sendiri-sendiri.
"Meski berbeda kedua badan ini, namun tugasnya saling bersinggungan untuk meningkatkan perekomian Daerah maupun nasional," tutupnya.***(ra)