PEKANBARU,UTUSANRIAU.CO - Atlet atletik Paralimpian asal Riau, Martin Losu berhasil meraih satu medali perak dan satu medali perunggu di iven The 2nd China Open Athletics China 8-16 April 2014 lalu.
Untuk medali perak berhasil diraih Martin melalaui nomor lari 100 meter dengan waktu 11.05 detik dan medali perunggu berhasil diraih melalui nomor lari jarak 200 meter dengan waktu 22.87 detik.Sementara itu untuk medali emas nomor lari 100 meter berhasi diraih atlet tuan rumah China dan Perunggu berhasil diraih atlet asal Arab.
Sedangkan untuk nomor lari 200 meter untuk medali emas diraih tuan rumah, China dan medali perak direbut atlet asal Arab. Berhasilnya Martin Losu mengantongi satu medali perak dan satu perunggu ini menambah perolehan pundi-pundi medali untuk Indonesia dalam iven tersebut dengan total perolehan empat medali perak dan empat medali perunggu dari lima atlet yang diturunkan Nasional Paralimpik Comitte (NPC) Pusat pada iven tersebut.
Dari segi medali, diakui Martin menurun, dimana pada saat Asian Paragemes Myanmar 2014 berhasil meraih medali emas. Namun, dari segi waktu sudah menunjukan peningkatan yang cukup luar bias. Untuk untuk nomor lari 100 meter saat di Myanmar Martin finis dengan waktu 11.37 detik sedangkan di The 2nd China Open Athletics China finis dengan waktu 11.05 detik.
Demikian disampaikan Martin Losu, Sabtu (19/4/2014) di Pekanbaru. " Bersyukur dengan hasil ini. Karena dari segi waktu ada peningkatan. Karena pesaing-pesaing cukup berat bukan saja dari negara Asia dari Eropa seperti Italia dan Selandiabaru juga mengikuti iven ini," jelasnya.
Untuk itu, dirinya akan terus berlatih lebih baik lagi supaya pada multi iven atau iven-iven selanjutnya bisa meraih hasil yang lebih baik lagi untuk Bumi Lancang Kuning dan Indonesia. "Harapan saya tentu bisa lebih baik lagi. Karena ditahun ini akan ada lagi Asia Paragames di Kore yang akan diikuti lebih banyak negara. Mudah-mudahan akan lebih baik lagi" harapnya.
Sementara itu, empat atlet lainya yang mewakili Indonesia pada iven tersebut yakni, Setyo Budi Hartanto dan Warmia dari Kalimantan Selatan, Alan Sastra Ginting (Sumatera Utara), dan Priyanto (Jateng). (ARD)