PEKANBARU, UTUSANRIAU.CO -- Pemungutan suara dan penghitungan suara Pemilihan Umum (Pemilu) Calon Anggota Legislatif (Caleg) di tingkat Provinsi telah selesai dilaksanakan, termasuk di Provinsi Riau, masalah muncul ketika Caleg terpilih dinilai kurang berkualitas.
Hal itu ditegaskan Pengamat Sosial Kemesyarakatan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau Drs Husni Thamrin MSi, menurutnya, praktek politik uang pada Pemilu Legislatif lalu masih saja terjadi, dan kebanyakan yang menjadi pemenang adalah para Caleg yang berani mengeluarkan uang cukup besar untuk diberikan kepada pemilih.
"Memang politik uang ini ditengah masyarakat kita wujudnya semu, jika ini terus berlanjut, bangsa ini akan semakin tidak bermartabat, bangsa ini akan terus menunjukkan kemunduran, karena yang menjadi wakil mereka adalah orang-orang yang tidak berkualitas," tegas Huni Thamrin, Kamis (24/4/14).
Husi menyebut, jika lah memang Pemilu Legislatif kita tahun terbebas dari praktek-pratek politik uang, tentu yang terpilih adalah orang-orang berkualitas. "Sekarang kan buktinya dapat sama-sama kita lihat," ujarnya.
Dengan menggunakan politik uang untuk mendapatkan kursi atau menjadi anggota DPRD, secara tidak langsung para Caleg kita telah mengajarkan korupsi kepada masyarakat, dan yang dirugikan nantinya juga adalah masyarakat itu sendiri.
"Bagaimana Caleg terpilih dengan menggunakan modal besar itu bisa melahirkan program-program berkualitas untuk memajukan daerah ini, tentu yang pertama difikirkan adalah bagaimana mengambalikan uang yang begitu banyak dikeluarkan, secara kasarnya, program yang akan disetujui tentu yang memiliki keuantungan bagi dirinya," tegasnya.
Karena itulah, Husni mengusulkan agar kedepan sistem pemilihan legislatif di Negara ini agar dirubah, tidak lagi dengan menggunakan sistem pencoblosan, meniru negara-negara masju seperti Amerika yang melaksanakan pemilihan dengan sistem cek lok akan lebih baik.
Sistem ini akan menjauhkan perilaku tidak baik petugas pemungutan suara, karena tidak mungkin bisa memiliki sidik jari yang berbeda. "Sistem cek lok itukan pemilih langsung menempelkan tangannya pada alat yang tersedia, jadi tidak akan ada lagi kertas suara yang tersisa, yang pada sistem Pemilu Legisltaif seperti saat ini banyak disalahgunakan oleh oknum petugas untuk memenangkan caleg tertentu," ungkapnya. ***(ris)
###