BENGKALIS, UTUSANRIAU.CO - Ribuan warga Tionghoa turun ke jalan merayakan 'Cue Lak' atau hari keenam Tahun Baru Imlek 2569. Mereka juga mengikuti prosesi ritual sesembahan kepada Maha Dewa, yang dilanjutkan dengan arak-arakan keliling Kota Bengkalis untuk melakukan penyemahan sambil membunyikan petasan sebagai simbol mengusir roh jahat.
Pantauan UTUSANRIAU.CO dilapangan. Rabu (21.02.18), sebagian besar pertokoan milik warga yang merayakan 'Cue lak' tampak tutup. Mereka mempersiapkan diri menyambut hari tersebut dengan memasang petasan beraneka jenis.
Selain di pertokoan, petasan juga di pasang di rumah-rumah warga Tionghoa yang akan dinyalakan ketika arak-arakan melalui rumah mereka.
Di Kelenteng Hok Ann Kiong, penuh dengan warga Tiongoa yanga akan melakukan sembahyang dan arak-arakan. Tempat pemujaan warga Tionghoa yang sudah berumur lebih dari satu setengah abad itu sudah ramai sejak dinihari dan semakin padat menjelang arak-arakan.
Masyarakat Tionghoa lainnya juga melaksanakan prosesi sembahyang di depan rumah masing-masing dengan maksud memohon perlindungan dan keselamatan bersama kepada para Dewa.
Perayaan 'Cue Lak' yang merupakan hari kelahiran Maha Dewa Cho Se Kong makin meriah dengan adanya arak-arakan keliling kota Bengkalis. Kegiatan ini dipimpin oleh waskita yang disebut Thangkie, yaitu seseorang yang kerasukan dewa dan berbicara dengan manusia di sekitarnya dengan mempergunakan bahasa isyarat. Turut serta dalam arak-arakan tersebut atraksi Liong (naga) dan Barongsai (singa).
Arak-arakan keliling kota untuk melakukan penyemahan dimulai dari Kelenteng Hok Ann Kiong menuju Jalan Sudirman. Kemudian menuju jalan-jalan protokol lainnya seperti Ahmad Yani, Hang Tuah, Jalan Pattimura, Jalan Diponegoro, sebelum akhirnya kembali ke Kelenteng Hok Ann Kiong. Di setiap jalan yang di lewati, para Thangkie melakukan pembersihan. Termasuk di pertokoan ataupun di rumah-rumah warga. Bahkan tampak pada acara kemarin, para dewa dewi melakukan penyemahan di setiap simpang jalan.
Seiring dengan itu, dentuman petasan yang dibakar oleh para warga Tionghoa membuat suasana makin meriah. Apalagi jumlah petasan yang dibakar tidak sedikit dan dibunyikan di setiap jalanan yang dilalui arak-arakan para dewa dewi.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, acara peringatan 'Cue Lak' tidak hanya menarik perhatian para warga Tionghoa, tetapi juga masyarakat Bengkalis pada umumnya. Mereka sanggup berpanasan untuk menyaksikan acara setahun sekali.
Begitu ramainya, beberapa ruas jalan terjadi kemacetan sementara saat dilakukan acara penyemahan. Namun demikian tetap berjalan tertib karena aparat kepolisian bersama melakukan pengawalan secara ketat. (yul)
###