BANGKINANG, UTUSANRIAU.CO - Bupati Kampar Jefry Noer langsung tertawa saat ditanya soal pemberitaan yang menyebut bahwa istrinya Eva Yuliana telah menganiaya Nur Asni, warga Desa Pulau Birandang Kecamatan Kampar Timur pada Sabtu (31/05/2014) kemari.
"Saya sudah terbiasa difitnah orang. Bagi saya, pemberitaan yang memojokkan itu menambah kekuatan mental bagi istri saya yang sekarang sudah naik kelas. Mendapat amanah dengan suara terbanyak, lebih dari 50 ribu suara untuk duduk di DPRD Riau,” katanya, Selasa (03/06/2014) sore.
Yang pasti kata Jefry, pahala orang yang memfitnah akan tersedot oleh orang yang difitnah. "Dan asal tahu saja, balasan untuk orang yang menggibah itu adalah meminum nanah di hari pembalasan," Jefry mengingatkan.
Jefry mengaku bersyukur atas apa yang menimpa dia dan keluarganya. "Alhamdulillah. Bagi saya, peristiwa ini justru menambah pahala dan mengurangi dosa. Sebab mencari pahala itu susah. Sebagai pemimpin, difitnah itu adalah hal lumrah. Kalau tak mau difitnah, jangan jadi pemimpin. Ingat, semakin tinggi pohon, akan semakin kencang angin yang menerpa," ujarnya berpalsafah.
Sabar dan menerima kenyataan menjadi pilihan satu-satunya bagi Jefry. "Baik atau buruknya yang kita hadapi, Allah yang menentukan. Semuanya atas izin Allah. Jika kita sanggup bersabar, maka Allah akan menaikkan kelas kita. Jangan sesekali membalas hujatan atau fitnah itu. Itu tak baik," katanya.
Makanya kata Jefry, meski pemberitaan yang memojokkan itu dasyat, dia tak berusaha menghubungi media supaya image Jefry bagus. "Biarkan sajalah. Toh akan berhenti dengan sendirinya. Kalaupun ada orang tertentu yang menunggangi, biar sajalah," ujarnya.
Meski Nur Asni sudah melapor ke polisi, Jefry tak mau ikut-ikutan melapor. Begitu juga Eva. "Pertimbangan kami cukup banyak. Pertama, kalau saya laporkan, gimana nanti keluarganya apabila dia tersandung hukum. Kedua, untuk apa saya melaporkan warga saya sendiri. Gimana pun jeleknya, dia warga saya," terangnya.
Tapi, kalau masih saja terus-terusan dipojokkan kata Jefry, mau tak mau dia akan melapor juga ke polisi. "Biar ada efek jera. Sebab istri saya, saya dan ajudan tidak seperti yang dituduhkan itu. Banyak kok saksi di lokasi yang melihat dia menyerang istri saya. Ada operator alat berat, kernet truk. Ya, ada sekitar 10 orang lah saksi di sana. Silahkan Tanya mereka, apa sebenarnya yang terjadi," katanya.
Masih terkait pemberitaan itu, keluarga kata Jefry tenang-tenang saja. "Sebab itu tadi, istri saya tak melakukan seperti yang dituduhkan itu. Dan masyarakat yang sudah mengenal istri saya, tidak akan percaya dengan pemberitaan itu," ujarnya.
Dari hasil rekaman video yang direkam oleh salah seorang jurnalis pada Minggu tengah malam lalu, wajah Nur Asni nampak mulus. Tidak ada tanda-tanda kekerasan. Begitu juga dengan tangan dan kaki. Sementara Jamal, suami Nur Asni mengaku, salah satu bukti cakaran itu ada di tangan istrinya.
Jefry kemudian menceritakan kembali kronologis perjumpaan dia, istri dan ajudannya dengan Nur Asni dan Jamal di lokasi rencana Pabrik Kelapa Sawit (PKS) itu. Pada 31 Mei 2014 sekitar pukul 15:30 wib, Bupati Kampar Jefry Noer dan istri Eva Yuliana berangkat ke lokasi rencana Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Dusun Batang Kulim Desa Pulau Birandang Kecamatan Kampar Timur. Mobil cycnus disupiri langsung oleh ajudan bernama Very Ilhami.
Tiba di lokasi, rombongan mendapati sepasang suami istri yang kemudian dikenal bernama Jamal dan Nurasmi di camp seperempat dinding papan yang ada di lokasi itu. Sebahagian lahan pun sudah berpagar.
Turun dari mobil, Jefry langsung bertanya kepada pasangan suami istri tadi. "Kenapa lahan itu dipagar? Lahan itu kan sudah dibeli," Jefry bertanya kepada mereka. "Den ndak ado urusan jo waang do. Iko tanah den (Saya tidak ada urusan dengan kamu, ini lahan saya)," Nurasmi menjawab dengan nada tak mengenakkan.
Mendengar bahasa yang tak mengenakkan itu, Jefry kemudian menyuruh pasangan suami istri tadi keluar dari camp itu dan pulang. Sambil berjalan, Nurasmi mengumpat dengan kata-kata kotor. Pas berjalan, Nurasmi berpapasan dengan Eva Yuliana. "Keluar sajalah dulu, Bu," kata Eva berusaha merangkul Nurasmi.
Tapi rangkulan itu justru dibalas Nurasmi dengan menyikut dada Eva, hingga Eva nyaris tersungkur. Nurasni masih berusaha menjambak Eva. Tapi Eva mengelak. Nurasni kemudian mencoba menarik tangan Eva dan memukul.
Melihat situasi itu, Very berusaha melerai. "Cepat lerai istri kamu itu dan bawa pergi dari sini," pinta Jefry yang sudah tak nyaman melihat situasi itu. Jamal kemudian mengajak istrinya pergi menggunakan sepeda motor.
Setelah pasangan suami istri itu pergi, Jefry dan rombongan meninjau lokasi lain. Masih di kawasan itu. Sekitar pukul 17:00 wib, Jefry, Eva dan ajudan keluar dari lokasi mengendarai cycnus tadi. Belum jauh kendaraan berjalan, Very yang menyetir mobil melihat ada sepeda motor melintang di jalan tanah itu. Kemudian ada pula sekitar 8 orang menanti di sana.
Mobil berhenti dan Jefry turun. Namun saat Very melihat ada seorang lelaki mengacungkan parang panjang, dia turun dan meminta supaya parang itu diletakkan. Permintaan tak dihiraukan, Very menarik pistol yang terselip di pinggangnya dan mengacungkan ke atas sembari menyuruh lelaki itu meletakkan parang tadi. "Sebagai ajudan, saya punya kewajiban melindungi pejabat negara," ujar Very.
Jefry kemudian mendekatan kerumunan orang itu. Dan menjelaskan apa yang terjadi di lokasi kepada seorang ibu yang kemudian diketahui adalah orang tuanya Nurasni. "Iyo, janganlah main keroyok," pinta perempuan itu.
"Coba ibu pikir, kalau anak ibu dikeroyok, ada nggak anak ibu luka? Lebam dan bengkak? Nggak ada kan?" Jefry kembali menegaskan. Setelah penjelasan itu, warga itupun bubar. (rilis)