BENGKALIS, UTUSANRIAU.CO -- Tema ini sangat relevan dengan geografis negara kita, karena selain negara yang kepulauan yang mencapai 13.466 pulau, panjang pesisir 95.181 km, tempat pemukiman 60% penduduk dan menyumbang 6.45% GDB nasional.
Demikian yang disampaikan Bupati Bengkalis Herliyan Saleh saat memimpin apel Hari Lingkungan Hidup se Dunia tahun 2014, yang terpusat dihalaman Kantor Bupati jalan A. Yani bertemakan, “satukan langkah, lindungi ekosistem pesisir dari dampak perubahan iklim”.
Dalam acara Sempena Hari Lingkungan Hidup se Dunia di Kabupaten Bengkalis ini, terlihat seluruh Pegawai lingkup kantor Bupati, Pimpinan SKPD dan termasuk dari TNI dan Polri serta intitusi yang lainnya. Menurut Herliyan, bahwa selain negara Indonesia merupakan Pesisir, namun juga mempunyai potensi Sember Daya Alam (SDA) yang menakjubkan, seperti 14% terumbu karang dunia, 27% mangrove dunia dan 25% ikan dunia.
"Jadi dengan berbagai biota yang hidup didalamnya, yang bahkan disebut sebagai marine mega-biodiversity terbesar didunia yang memiliki 8.500 spesiesikan, 555 spesies rumput laut dan 950 spesies biota terumbu karang itu, sangat perlu dijaga keseimbangan ekosistimnya, "kata Herliyan.
Dalam paparannya. Bupati Herliyan katakan adanya potensi besar dilingkungan masing masing itu, harus dikelola secara optimal bagi kemakmuran bagi seluruh masyarakat dengan terus dilestarikan, dan terus dilindungi dari kerusakan lingkungan yang menyebabkan penurunan potensinya.
Salah satu penyebab kerusakan lingkungan yang perlu diantisipasi adalah perubahan iklim, menimbulkan pemanasan global yang berdampak terhadap kehidupan dimuka bumi, kondisi ini ditandai dengan meningkatnya frekuensi hujan dengan intensitas yang sangat tinggi, ketidakpastian musim hujan maupun kemarau.
"Sehingga dengan dampak itu, munculnya berbagai bencana seperti kekeringan, badai, banjir dan longsor. pada wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, dampak timbul berupa badai, banjir, dan kenaikan permukaan laut yang terus menghantui kita semua, "ungkap Herliyan.
Dampaknya terlihat diantarnya pada sektor pertanian, akibat dari kekeringan, banjir dan perubahan pola hujan menyebabkan penurunan 2% produksi pertanian pada dekade ini. Juga menjadi salah satu penyebab perubahan keseimbangan unsur kimia dilautan dalam sektor perikanan, akibatnya berbagai ikan didaerah tropis mengalami kematian dengan mendadak.
Makanya, untuk mengatasi perubahan iklim tersebut, Pemerintah Pusat telah menetapkan kebijakan berupa emisi dari kondisi business as usual pada tahun 2020 sebesar 26% dengan usaha sendiri dan 41% dengan dukungan negara lain.
"Seperti mengembangkan berbagai kebijakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. antara lain melalui peraturan presiden nomor: 61 tahun 2011 tentang rencana aksi nasional penurunan gas rumah kaca serta peraturan presiden nomor: 71 tahun 2011 tentang penyelenggaraan inventarisasi gas rumah kaca nasional yang seiring dengan uu nomor: 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, "tutup Herliyan. (adv/bp)
###