Tak Punya Negara, Kenapa Bangsa Kurdi Ditolak Sana-Sini?

Senin, 26 September 2022 | 20:13:27 WIB
Pasukan Kurdi saat membantu memukul mundur ISIS dari Suriah. (AP/Baderkhan Ahmad)

UTUSANRIAU.CO, JAKARTA - Kurdi merupakan suku bangsa yang hidup di Pegunungan Taurus di Anatolia, Pegunungan Zagros di Iran, beberapa wilayah Irak, Suriah, dan Armenia.
 

Sebagaimana diberitakan Britannica, kebanyakan warga Kurdi hidup di teritori Iran, Irak, dan Turki.

Sebagian besar warga Kurdi menganut ajaran Islam sunni. Banyak dari mereka yang mempraktikkan tasawuf dan ajaran mistis lain.

Kurdi sempat menjadi pemimpin di sejumlah dinasti, yakni Hasanwayhid, Annazid, dan Ayyubid. Meski begitu, Kurdi tak pernah mendapatkan status sebagai negara di era modern.

 

Malahan, masyarakat Kurdi beririsan dengan pemerintahan Turki, Irak, dan Iran. Namun, pemerintah ketiga negara tersebut tidak memiliki relasi yang baik dengan kaum Kurdi.

Lantas, apa yang menyebabkan suku bangsa Kurdi tampak "ditolak" di ketiga negara itu?

Perlakuan Turki ke Bangsa Kurdi
 

Kaum Kurdi di Turki menerima perlakuan tak simpati dari negara itu, di mana pemerintah Turki mencoba menghapus identitas Kurdi mereka. Ankara juga menyebut kaum Kurdi sebagai "Turki Pegunungan" dan melarang penggunaan bahasa Turki.

Tak hanya itu, Turki melarang kaum Kurdi menggunakan pakaian khas mereka. Sebagaimana dilansir CFR, kaum Kurdi menduduki seperlima dari populasi Turki.

Di sisi lain, muncul pula kelompok pemberontakan Partai Buruh Kurdistan (PKK)yang melawan pemerintah Turki. PKK bertujuan membentuk negara Kurdi dan melawan tekanan budaya dan hak politik yang dilakukan oleh Ankara.

Akibat konflik ini, hampir 40 ribu orang meninggal dunia.

Kemunculan pemberontakan Kurdi di Turki menjadi salah satu penyebab kaum itu tak begitu direspons baik oleh Ankara.

Perlakuan Iran kepada Bangsa Kurdi

Ket foto : Para perempuan Kurdi yang jadi milisi Kurdi di Irak dan Suriah. (AFP PHOTO / DELIL SOULEIMAN)

 

Selain bermasalah dengan Turki, kaum Kurdi juga menghadapkan tekanan asimilasi dari Iran.
Britannica melaporkan Kurdi kerap menjadi sasaran persekusi Iran yang menganut ajaran Muslim syiah.

Sebagaimana diberitakan Minority Rights, kaum Kurdi mengisi sekitar sepuluh persen dari total populasi Iran.

Tensi antara Kurdi dan Iran berlangsung sejak lama. Pemimpin Kurdi berupaya merdeka tetapi terus ditekan oleh pemerintah Iran.

Bahkan pada 1979, Ayatollah Khomeini mewanti-wanti pemimpin Kurdi bahwa upaya kemerdekaan bakal dibalas dengan respons yang keras.

Sikap Irak ke Kurdi

Sebanyak 15 sampai 20 persen populasi Irak adalah kaum Kurdi. Kebanyakan kaum Kurdi di Iran menganut ajaran Islam sunni.

Seperti kaum Kurdi di dua negara lain, hak politik dan budaya kaum Kurdi terus diabaikan rezim Irak. Ini menimbulkan pemberontakan dari kaum Kurdi.

Untuk menyelesaikan konflik, mantan Presiden Irak Saddam Hussein menawarkan kesepakatan otonomi formal pada 1970. Awalnya, tujuan ini tampak baik, tetapi kemudian menuai kontra usai Hussein berniat "menjauhkan" makna otonomi.

Selain itu, Perang Irak-Iran memberikan kesempatan baru bagi Kurdi untuk meminta otonomi. Namun, kala serangan Iran ke Irak melemah, Irak mengerahkan senjata kimia dan melakukan genosida terhadap kaum Kurdi.

Pada Maret 1988, sebanyak 5.000 warga Kurdi tewas kala Irak menggunakan serangan kimia di Halabja. Pemerintah juga membunuh 180 ribu pria, wanita, dan anak-anak secara berurut, dan meratakan hampir 4.000 dari 5.000 desa di Kurdistan. ***

Sumber : cnnindonesia.com/urc
 

Tags

Terkini