Legislator Rohul Minta Budaya Tradisional Terus Digali dan Dikembangkan

Kamis, 28 Agustus 2014 | 03:08:31 WIB
Ismail Hamkaz.###

PASIR PENGARAYAN,UTUSANRIAU.CO -- Legislator Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) Ismail SAg MSi meminta budaya dan kebudayaan yang turun temurun di kabupaten Rohul bisa terdata dengan baik dan diakui secara nasional dan internasional.

"Bahwa kebudayaan atau budaya itu berasal dari kita Rohul, jangan nanti suatu ketika ada orang memamerkan atau menggunakannya atau mengakuinya, barulah kita sibuk dan menjadi pahlawan kesiangan untuk mengambilnya," kata Ismail, Kamis (28/8/2014).  

Ismail menyhbut, budaya-budaya yang ada di "negeri Seribu Suluk' secara dini sudah terdaftar pada Menteri Kebudayaan dan Ekonomi Kretif Republik Indonesia, seperti Lukah Gilo, Tari Kuayang, Boudah. Bodukie, Bokaba dan lain-lain dari berbagai daerah di Kabupaten Rohul.

Dia menuturkan, saat ini terdapat seni budaya itu tidak lagi menjadi sesuatu yang dibanggakan oleh masyarakat, sudah susah mendengarkan atau menyaksikannya bahwa ini budaya dapat memberikan kebanggaan sebagai anak jati Rohul, hanya ada beberapa daerah saja yang secara rutin dijadikan agenda tahunan untuk mengembalikan batang torondam dari generasi ke generasi.

"Tanpa kita pungkuri bahwa budaya yang telah lama ada berabat-abat lamanya, sudah menjadi suatu tradisi yang membanggakan oleh leluhur kita dan sampai sekarang budaya tersebut masih ada," pungkasnya.

Karena itulah, Dia menegaskan kalau Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta LAM Rohul harus bertanggung jawab untuk memberikan solusi yang terbaik, bahwa budaya ini harus di pertahankan sebagai siri kahs dan jati diti kab Rohul untuk masa-masa yang akan datang, serta dapat mendaftarkan seni budaya ini ke kementrian yang terkait dan jk bisa terdaftar di badan internbasional UNESCO hendaknya.

"Mengapa tidak dari sekarang, biar bagaimanapun budaya inilah yang dulunya sampai skr dapat mempersatukan dan mempertahan negara Republik Indonesia, dan khsusnya di Rohul Negreri seribu suluk ini," tegas Ismail.

Ismail juga menambahkan pelestarian budaya-buaya tersebut bisa dilakukan melalui bidnag pendidikan yakni dengan menjadikannya kurikulum muatan lokal yang wajib di pelajari dan di praktekkan kepada generasi muda, "bukan hanya di sekolah formal namun pada juga organisasi kemasyarakatan dan kepemudaan," harap pemerhati budaya dan sosial serta politik Rohul ini. (rls)

###

Terkini