"Bahasa Melayu Penghubung Antar Etnis Nusantara"

Senin, 08 September 2014 | 01:09:26 WIB
Drs Husni Thamrin MSi###

PEKANBARU,UTUSANRIAU.CO -- Ternyata bahasa Melayu sejak zaman dakwah Islamiah telah digunakan oleh pendakwah dalam menyebarkan Islam dari sabang sampai merauke. Bahasa Melayu merupakan bahasa penghubung antar atnis yang mendiami kepulauan  Nusantara.

Hal itu dikemukakan Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau Drs Husni Thamrin Msi dalam seminar internasional peradaban Melayu, di hotel Jatra Pekanbaru, Senin (8/9/2014).

Husni memaparkan, selain menjadi bahasa penghubung multi etnis nusantara, bahasa Malayu juga menjadi bahasa transaksi perdagangan Internasional dikawasan Kepulauan Nusantara yang digunakan oleh para suku bangsa dengan para pedagang asing.

"Kondisi nyata ini berkoinsidensi dengan suasana gerakan keagamaan (mushala) dan juga gerakan kepesantrenan seperti pondok Dayah di Aceh, surau di Minang Kabau, Madrasah di tanah Papua," ujar Husni.

Hasil konkrit dari gerakan itu, menurut Husni sekat-sekat antar etnis menjadi kian melebur, lahir disana sini cendikiawan (ulama) yang tidak sedikit, khusus di Indonesia hingga lahirnya bahasa kesatuan, bahas Indonesia.

"Sekarang bahasa Melayu dipakai di kawasan Asia Tenggara melebihi 200 juta lebih, sekarang tugas kita bagaimana bahasa ini dapat dijadikan sebagai bahasa Internasional dikancah ilmu pengetahuan dan perpolitikan internasional," pungkasnya.

Husni menjelaskan, Masyarakat Melayu yang menganut ajaran Islam, secara jelas dipengaruhi oleh sistem Islam dan selanjutnya akan mempengaruhi pula terhadap pandangan hidupnya.

"Orang Melayu akan mengatakan bahwa Agama Islam itu dapat dipakai untuk hidup dan dapat ditumpangi untuk mati. Bermakna bahwa Islam dengan segala aspeknya dapat dipakai untuk menyelesaikan persoalan hidup," jelas dosen Antropologi Budaya ini.

Lebih lanjut Husni menambahkan, Perdaban dan kebudayaan Melayu sangat perlu di masyhurkan, mengingat peradaban ini jauh lebih dulu dari peradaban Mesopetomia. Mengutip dari pandangan Wan Hasyim dalam Elya Roza (2014) tentang sejarah, menyatakan bahwa, alam melayu dianggap sebagai kawasan pertama kehidupan manusia berperadapan (tamaddun), di perkirakan 15.000 tahun Sebelum Masehi.

"Bahkan lebih dulu dari perdapan, Cina, Timur Tengah, India, Mesopetomia, Peradapan Yunani dan lainnya, dalam hal itu orang melayu sudah mengenal dengan bercocok tanam, beternak, berburu dan meramu serta telah mengenal teknologi berlayar, seni, megis dan religi," jelas Husni.

Husni juga menyebut bahwa pengertian Melayu yang lain merupakan salah satu ras yang ada di dunia maupun bangsa. Istilah itu di gunakan dalam Antropologi maupun UNISCO untuk menyebutkan penduduk asli di simenanjung, gugusan pulau-pulau Melayu atau di kenal dengan Malay World.

Konsep tersebut tidak menjadikan agama islam sebagai syarat syahnya Melayu, dalam hal itu, orang batak, Filiphina, taiwan, Thailand, Vietnam dan kepulauan Polenesia dan Austronesia adalah Ras Melayu, hanya saja melayu sangat identik dengan Islam.

Dibeberkan Husni, Dunia Melayu-Islam mempunyai sejarah yang panjang sebelum datangnya barat. Sejarah telah menunjukkan bahwa dunia Melayu-Islam merupakan pusat peradaban, pusat pekembangan budaya dan pusat perdagangan yang penting.

"Peradaban dan kebudayaan melayu sejak ratusan tahun telah menunjukkan kemampuannya untuk berkembang pesat merangkumi bahasa, kesusastraan, kesenian, pemikiran kepercayaan, ekonomi, teknologi dan norma hidup," ungkapnya.**(ur3)

  ###

Terkini