Obama Imbau Warganya Tidak Takut Hadapi Virus Ebola

Ahad, 19 Oktober 2014 | 12:10:05 WIB

JAKARTA, UTUSANRIAU.CO - Munculnya tiga kasus Ebola di Amerika Serikat (AS) mendorong Presiden Barack Obama berbicara kepada warganya agar tidak panik dan menyerah terhadap penyebaran virus ini di negaranya. Puluhan warga AS sendiri masih dalam pantauan kemungkinan mereka terjangkit virus ebola.

Seperti menggambarkan imbauan Obama tersebut, sebuah stasiun kereta dan bus di Dallas ditutup lebih awal akibat kecurigaan terhadap salah seorang wanita dalam manifes penumpang yang diduga terjangkit virus tersebut. Namun setelah dicek kembali, wanita tersebut tidak berada dalam daftar.

Imbauan Obama ini menjawab tuntutan sejumlah anggota Kongres untuk melarang wisatawan dari negara-negara yang terjangkit ebola parah masuk ke AS.

"Kita tidak dapat menutup negara kita dari Afrika Barat," ujar Obama dalam pidato mingguannya. "Apalagi mencoba menutup diri dari seluruh dunia-jika itu memungkinkan-justru akan membuat situasi makin buruk," ujar Obama seperti dilansir Reuters, Minggu (19/10/2014).

Obama berupaya untuk menempatkan tingkat penyakit di Amerika Serikat dalam perspektif yang lebih rasional. "Apa yang kita lihat sekarang bukanlah 'wabah' atau 'epidemi' Ebola di Amerika," katanya. "Ini adalah penyakit serius, tapi kami tidak bisa menyerah pada histeria atau ketakutan."

Hingga kini, wabah ebola telah menewaskan lebih dari 4500 orang di dunia, sebagian besar korban berada di negara-negara Afrika Barat seperti Liberia, Sierra Leone dan Guinea.

Ketakutan terhadap wabah ebola muncul di AS dalam beberapa pekan terakhir. Keyakinan warga AS terhadap sistem medis dan kemampuan otoritas dalam mencegah penyebaran virus ini tersentak setelah seorang wisatawan asal Liberia yang datang ke Texas awalnya tidak terdiagnosa terkena virus ebola oleh RS Dallas pada akhir September lalu.

Pria itu bernama Thomas Eric Duncan, yang dirawat di Texas Health Presbyterian Hospital beberapa hari dan terdiagnosa dengan virus tersebut. Dua perawat yang menangani Duncan, terindikasi juga terkena virus ebola. Sementara Duncan meninggal akibat virus itu pada 8 Oktober lalu. Dua perawat itu bernama Amber Vinson yang dirawat di RS Universitas Emory Atlanta, dan seorang lagi bernama Nina Pham dirawat di National Institutes of Health (NIH). (detiknews.com)

Terkini