BENGKALIS, UTUSANRIAU.CO - Beberapa waktu lalu, tim dari Jepang yang diketuai Profesor Masao Ukita dari Yamaguchi University mengunjungi Stasiun Riset Bioethanol Balitbang Bengkalis. Guru besar universitas terkenal di Jepang ini pun memuji pengembangan energi baru terbarukan bahan bakar bioethanol nipah oleh Balitbang Bengkalis.
Hal ini terlihat dari antusiasnya para tamu-tamu dari Jepang untuk melihat langsung potensi hutan mangrove dan proses produksi di Stasiun Riset Bioethanol di Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil. Mereka cukup tertarik dengan usaha Balitbang Bengkalis yang sudah mulai secara bertahap melakukan riset dan pengembangan bahan bakar non fosil seperti bioethanol dalam penghematan bahan bakar fosil yang lebih ramah lingkungan.
“Di Jepang sendiri, mereka belum memulai usaha pemanfaatan bioethanol dari bahan baku nipah,” ujar Kepala Balitbang Bengkalis, Dr Sopyan Hadi SPi MT, Minggu (26/10/14).
Menurut Sopyan yang ikut mendampingi rombongan dari Jepang dengan jumlah sekitar 10 orang tersebut, di Jepang tanaman energi seperti nipah menjadi keunikan tersendiri yang bisa tumbuh di tepi pantai. Keberadaan buah tanaman mangrove ini yang tidak memerlukan pemeliharaan dan pemupukan memilki manfaat ganda untuk proteksi pantai serta juga manfaat energi baru terbaharukan.
“Apa yang kita lakukan mengundang decak kagum dari para tamu-tamu yang berasal dari perguruan tinggi di Jepang. Mereka akan menjadikan hasil riset ini sebagai literatur ilmiah di Jepang yang bermanfaat untuk kemaslahatan umat manusia dan lingkungan di dunia,” ujarnya.
Stasiun riset Bioethanol Balitbang Bengkalis walau masih sederhana, menurut Sopyan tidak hanya dikunjungi tamu-tamu dari Jepang, melainkan juga tamu-tamu dari beberapa daerah baik kepala daerah, mahasiswa, kelompok pengembangan teknologi desa dan lain-lain.
“Secara bertahap tapi pasti kita akan bertekad agar stasiun riset bioethanol ini dapat terus berkembang,” ujar Sopyan lagi. (bp)
###