Hak beribadah yang dimaksud adalah berkaitan dengan keutamaan, balasan dan berbagai pahala yang penting untuk diraih, diusahakan, diperjuangkan sedemikian rupa. Maka gangguan khususnya dalam arti batasan-batasan.
Peribadahan termaksud bukan dalam arti kesamaan dalam beribadah, juga bukan kesamaan nilai, namun sama-sama sebagai suatu ritual yang dilakukan manusia.
Bukan semata klaim akan suatu kebenaran untuk dijadikan pegangan, atau sandaran dalam mengarungi kehidupan dunia atau dalam rangka menundukkan manusia lainnya, namun sebagai suatu ketetapan Allah baik sebagai syari'ah atau aturan maupun sebagai kenyataan.
Terkait dengan kehendak Tuhan khususnya terhadap ampunan dan Rahmat Allah adalah dapat ditemukan dalam banyak ayat al-Qur'an.
Termasuk kemutlakan sebagai keputusan yang diberlakukan kepada semua makhluk Allah di hari kiamat. Berikut terjemah Indonesia beberapa ayat yang mengungkapkan hal tersebut:
"Allah, tiada Tuhan selain Dia Yang Maha Hidup Maha Berdiri, tidak mengambil istirahat dan tidak tidur milikNyalah kerajaan langit dan bumi, barang siapa yang menyembuhkan di sisiNya kecuali dengan izinNya, (Dia) Mengetahui apa yang di antara tanganNya dan apa yang di helakangNya dan tidak ada sesuatu pun yang membebaniNya dari ilmuNya kecuali dengan kekehndakNya, luas kuraiNya seluas langit dan bumi, dan (Dia) merasa keberatan dalam menjaganya dan Dialah Maha Tinggi, Maha Agung" (al-Baqarah: 255).
"Dan sangkakala pun ditiup maka matilah semua (makhluk) yang di langit dan di bumi kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sekalagi lagi (sangkakala itu) maka seketika itu mereka bangun (dari kuburnya) menunggu (keputusan Allah)" (az-Zumar: 68).
Sekaligus penutup ulasan kalini ini, berikut penulis cantumkan Al-Maaidah secara berturut-turut: "Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, "Wahai Isa Putera Maryam! Engkaulah yang mengatakan kepada orang-orang, jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua Tuhan selain Allah?" (Isa) menjawab, "Mahasuci Engkau, tidak patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakannya tentulah Engkau telah mengetahuinya.
Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada-Mu. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang gaib" (116).
"Aku tidak pernah mengatakan kepada kecuali apa yang Engkau perintah kepadaku (yaitu), "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu," dan menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di tengah-tengah mereka. Maka setelah Engkau mewafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkaulah Yang Maha Menyaksikan atas segala sesuatu" (117).
"Jika Engkau menyiksa mereka maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hambaMu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana" (118).
Allah berfirman, "inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya. Mereka memperoleh surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Allah Rida kepada mereka dan mereka pun Rida kepada-Nya. Itulah kemenangan yang agung" (119).
Milik Allah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu" (120). "Shadaqallah!"
