FKUB Rohul Sepakat Menolak Radikalisme Agama

FKUB Rohul Sepakat Menolak Radikalisme Agama

ROKAN HULU, UTUSANRIAU.CO - lintas agama Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) yang tergabung dalam forum kerukunan umat beragama (fkub) perwakilan dari agama  Islam, Prostestan, Katolik dan Buddha sepakat menolak faham radikalisme agama,  Hal tersebut terungkap saat melakukan dialog interaktif dalam  membahas bahaya radikalisme yang dilaksanakan di  Hotel Gelora Bakti Pasirpangaraian kamis (26/2/2015).

Dialog interaktif dengan tema "Menanamkan Pemikiran Moderat Mencegah Berkembangnya Radikalisme Agama di Kabupaten Rohul" diprakarsai oleh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Rohul, dengan narasumber Ketua FKUB Kabupaten Rohul Yulisman SAg dan Kabag Tata Usaha Kemenag Rohul H. Zulkifli Syarif MPdi, dengan moderator H. Firman Halim SAg.

Ketua FKUB Rohul Yulisman mengakui sampai saat ini yang namanya radikalisme agama belum ditemukan di Rohul. Namun demikian, hal itu tidak membuat mereka terlena atau acuh. "Sebab informasi dari media lokal dan luar negeri, radikalisme agama itu telah jadi ancaman," katanya.

Yulihesman mengakui pihaknya memang belum melakukan pemetaan potensi radikalisme, namun secara keseluruhan, Kabupaten Rohul masih kondusif. "Follow up radikalisme sudah kita kumpulkan dari seluruh tokoh agama lintas agama. Mereka minta agar kumpulkan tokoh pemuda dan tokoh-tokoh lintas agama," jelasnya.

Ada tiga poin dari dialog interaktif sehari itu. Pertama, semua tokoh agama lintas agama sepakat merekom menolak faham radikalisme di Rohul. Kedua, tokoh agama minta agar dibuat dialog untuk tokoh pemuda dan tokoh-tokoh lintas agama. Ketiga, membuat dialog interaktif lintas agama secara rutin.

Yulisman mengharapkan sebagai negeri melayu bernilai religius, seluruh masyarakat di daerah itu bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Sementara itu, Zulkifli Syarif, selaku narasumber mengatakan orang yang masih lemah pemahaman tentang agama adalah orang yang paling rentah terjebak dalam aksi radikalisme. "Kita bersyukur, di negeri (Rohul) kita belum ada terdeteksi aksi kekerasan atau radikalisme agama," kata Zulkifli.

Menurutnya, dari dialog itu, pihaknya menyampaikan beberapa tawaran untuk menyusun sebuah agenda meminimalisir munculnya aksi radikalisme. Kemenag Rohul sudah sebarkan surat tertulis kepada seluruh Kantor Urusan Agama (KUA) untuk melakukan pemetaan dalam mengindikasi adanya bibit kekerasan.

"Dan Alhamdulillah, dari data KUA belum terdeteksi," jelasnya.

Kemenag Rohul juga sarankan menyusun kurikulum tentang wawasan kebangsaan dalam mencegah aksi kekerasan. Termasuk menguatkan lembaga pendidikan tentang pengamalan pancasila dan NKRI.

Zulkifli menjelaskan masih perlu dibentuk Satuan Petugas (Satgas) mengantisipasi bahaya radikalisme, namun hal itu melibatkan tiga unsur, seperti pemerintah, pemuka agama, dan tokoh adat. "Satgas ini bisa bekerja mencari solusi dalam mengatasi aksi radikalisme. Dari pertemuan ini akan direkomendasikan ke Pemerintah Daerah," katanya.

Zulkifli menambahkan, Kemenag Rohul juga mengajukan untuk menggelar dialog pemuda lintas agama. Apalagi, aksi teror rata-rata melibatkan kalangan pemuda berusia 30 tahun kebawah.(Ar)

Berita Lainnya

Index