UTUSANRIAU.CO - Inspirasi dalam berkarya bisa datang dari mana saja. Hal apapun, termasuk sebuah film atau mood dalam musik dapat 'disulap' menjadi rangkaian koleksi high-fashion oleh para desainer. Namun inspirasi dari desainer muda satu ini, terbilang unik karena ia mendapatkan inspirasinya dari sebuah film kolosal di tahun '90-an, Wiro Sableng.
Adalah Savira Lavinia, dengan labelnya Sav Lavin memberi sesuatu yang baru dan menambah kekayaan warna di industri mode Indonesia. Dari mulai inspirasi sampai detail yang dipakai, desainer 21 tahun ini mengemas nuansa tradisional menjadi sesuatu yang unik dan modern.
Karyanya kali ini mengambil ide dari perjalanannya ke Jogjakarta, Jawa Tengah dan juga film yang ditontonnya saat kecil, cerita pahlawan dengan kapak sakti, 212 Wiro Sableng. Tokoh fiksi ini nyatanya tak hanya sekadar film bagi Savira, namun sangat membekas diingatannya. Dan koleksi ini adalah simbol apresiasi untuk film yang diadaptasi dari novel karya Bastian Tito.
"Aku suka bertualang. Saat mendefinisikan sesuatu tak hanya literal tapi dalam imajinasi juga. Jadi tak cuma street wear, inspirasi motif batik yang artinya memiliki nilai sendiri juga menginspirasi. Aku juga terinspirasi dari Wiro Sableng karena temanya dari Jawa, inspirasi motif Indonesia," tutur Savira sebelum menampilkan karyanya pertamakali di ajang pekan mode besar seperti Indonesia Fashion Week 2015, di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (28/2/2015).
Inspirasi Wiro Sableng tak hanya digambarkan dengan busana serba putih dan sandal hitam bertali khas pesilat di film itu, namun di baju-bajunya tertulis '212'. Bahkan ornamen gambar kapak di tengah baju. Diaplikasikan di atas desain busana oversized dengan pengaruh tren normcore di sana.
Bukan hanya karena memakai sandal, namun juga teknik layering ditampilkan. Paduan atasan dan bawahan berpotongan longgar, dan bervolume, dengan garis yang maskulin. Misalnya saja kemeja putih yang ditumpuk atasan hitam oversized dengan detail bordiran di tengahnya. Ditampilkan dengan celana panjang potongan lebar dan rok bentuk apron yang memberi dimensi baru bagi set busana satu ini.
Tak hanya Wiro Sableng, muncul pula ornamen dengan bentuk motif batik bernama 'Gurdo' yang berarti kekuatan dan keberkatan. Simbol yang ia temukan saat perjalanannya ke Museum UllenSentalu, Jogjakarta. Dari sana, ia mengenal arti sesungguhnya dari kata 'Batik' yang merupakan kepanjangan dari 'Rambatantitik' atau garis yang tak putus.
Hal ini diartikan Savira bahwa desain yang diambil dari material berbeda akan menciptakan bentuk berbeda pula. Segala hal dimulai dari sebuah titik, menciptakan lekuk atau garis baru.
Tak heran label ini banyak berkreasi dalam material berbeda untuk satu tampilan. Misalnya neoprene, 3D space fabric, kulit sintetis, PVC, Cotton-spandex, rajutan sampai satin dengan tekstur dove.
Beberapa tampilan juga terkesan futuristik berkat detail yang dituangkan sang desainer. Seperti efek embroidery 3D, printing, dan teknik laser cut diaplikasikan dalam atasan ataupun terusan berpotongan oversized.
Ada sebuah kegilaan yang unik bagi rancangannya kali ini. Tentu 'gila' dalam artian yang menarik dan wearable. Seperti yang diungkap Savira: 'Kegilaan adalah sebuah berkah'. Membuat kreasinya mudah dikenali dan memiliki ciri. (wolipop.com)
###
