Pekanbaru, utusanriau.co - Walikota Pekanbaru Firdaus MT, Senin sore (11/3) kembali meninjau Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Muara Fajar. Inspeksi mendadak ini erat kaitannya dengan pengecekan sistem pengolahan sampah yang di lakukan para petugas TPA di Muara Fajar yang di gadang-gadang harus sudah dengan sistem Nasitari Renvil.
Dimana sistem penanganan sampah seperti membuat kue lapis. Dengan bergantian secara bertahap penyusunannya antara sampah dan tanah timbun. Sesuai aturan setiap lapisan sampah setinggi 2 meter harus dilapisi tanah timbun 50 centimeter. Demikian seterusnya berlapis hingga seperti piramida.Demikian Walikota Pekanbaru, Firdaus MT, usai meninjau TPA Muara Fajar, Senin (10/3).
Katanya, Muara Fajar sebagai TPA yang memberikan kontribusi penilaian terbesar pada Adipura. Didapati dari sidak tersebut cara kerjanya masih belum sanitari renvil meski diakui sudah mengarah. Makanya Cara kerja yang salah dan trik teknis dilapangan saat penurunan sampah oleh mobil truk yang salah membuat pemborosan biaya dan hasil yang tidak maksimal.
"Harusnya truk tidak menjatuhkan sampah di pintu masuk, dan dozer mendorong sampah keujung bulak-balik ini pemborosan. Andai di buat jalan dimana truk semakin maju ke ujung mengantar sampah," ujar Wako.
Walikota juga langsung mengkritik sistem pengolahan sampah yang katanya sanitari renfil ternyata prakteknya masih open dumpung. Para PNS di Teknis di Dinas DKP termasuk Kepala DKP Syafril, memdapat arahan, bagaimana menangani yang benar.
Sistem sanitari renvil dimaksu langsung di beri arahan cara, teknik dan di contohkan oleh walikota yang mantan Kadis PU Propinsi ini diatas selembar buku kerjanya.
"Kalau kita lihat dari beberapa waktu lalu TPA sekarang relatif jauh lebih bagus, sudah ada pohon, ada rumput ada parit untuk mengalirkan limbah cairnya ke kolam lindri. Cuma pembuatan per layernya belum sempuna, makanya kita kunjungi sehingga sempurna sanitari renvilnya,"ujar wako.
Kata wako juga, dengan peninjauan saat ini maka secara bertahap proses sanitari renvil akan di perbaiki lagi agar lebih sempurna. "Maka kita akan sempurnakan lagi,standarnya sampah 2 meter baru dilapisi tanah 50 centimeter, hingga membentuk piramid. berapa tingginya kita lihat saja semampunya," tandasnya.
Terkait kendala tanah timbun pihak DKP dimintakan membuat stok tanah timbun agar tidak terkendala kerjanya. Berdasarkan pengamatan dilapangan, juga saat pembongkaran sampah di pintu TPA dari truk, sekitar 200 pemulung tiap hari mengais rezeki.
Keberadaan mereka di tengah hiruk pikunya truk, dozer dan eskapator bekerja, ada ancaman nyawa disana. Berdasarkan isu, keberadaan mereka disana ternyata sudah di makelari oleh agen barang bekas. Mereka seperti di pekerjakan dengan setoran dan upah Rp.40 ribu per orang. (ra)
