BENGKALIS, UTUSANRIAU.CO - Sebagai salah satu upaya memberikan penguatan pengetahuan pada masyarakat Melayu tentang pemahaman dan amaliyah keagamaan, dan membentengi diri dari faham baru yang tidak sesuai dengan konteks pemikiran orang melayu.
Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kabupaten Bengkalis, menggelar dialaog intraktif bersama pengurus tingkat Kabupaten hingga Kecamatan Bengkalis-Bantan dan Desadi Ruang Pertemuan lantai II Kantor Bappeda jalan Antara-Bengkalis. Sabtu (19/12/15).
Adapun narasumber dalam dialog intraktif ini sebanyak dua orang. Yaitu Prof. Dr. H Samsul Nizar MA, guru besar UIN Suska Riau dan Ketua STAIN Bengkalis, kemudian H. Ahmad Roza’i Akbar MH, Ketuai IAI Tafaquh Finddin Dumai.
Kegiatan yang bertema “Pemahaman dan Amaliyah Keagamaan Orang-Orang Melayu Ditinjau dari Perspektif Sejarah dan Hukum Islam” ini dibuka langsung secara resmi oleh Sekretaris Daerah (Sekda) H Burhanuddin.
“Kegiatan semacam ini sejatinya memang sangat perlu dilakukan, karena kita ingin nilai-nilai kemelayuan yang teruas turun temurun ini, tisak sampai terpengaruh dari hal-hal yang diluar dari jalurnya, "ujar Sekda saat memberikan sambutan.
Pada peserta yang mengikuti dialog ini, diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan pada masyarakat luas. Terlebih saat ini generasi menghadapi keadaan zaman dengan berbagai tantangan yang dikhawatirkan akan berdampak buruk.
“Selama ini kita melihat, masyarakat melayu kurang menurunkan tradisi melayu pada generasi, sehingga melalui dialog yang digelar ini, bertujuan untuk pertahankan khazanah melayu, yang identik dengan ajaran Islam, "tambah Sekda.
Sebelumnya, Ketua Panitia Pelaksana, H Amrizal M. Ag, dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan yang selenggarakan itu, atas dasar beberapa pemikiran, lantaran timbulnya berbagai kejadian ditengah tengah masyarakat belakangan ini.
“Seperti mulai berkembangnya faham-faham baru berkaitan dengan keagamaan, baik tumbuh dengan sendirinya, ataupun dari luar yang dalam batas-batas tertentu menimbulkan dampak negatif secara sosial-kultural dikalangan masyarakat.
Tujuan diadakannya dialog intraktif ini, untuk menggalakkan diskusi dan kajian yang berkaitan dengan budaya Melayu. Selain itu diharapkan pula dapat memberikan pengetahuan terhadap orang-orang Melayu tentang pemahaman dan amaliyah keagamaan, yang tidak lepas dari Syariat Islam. (bp)
###
