PEKANBARU, UTUSANRIAU.CO - Sejak berlayar dari Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta menggunakan KRI Banda Aceh 593 pada 30 April 2016 yang lalu, tepat pada Minggu, 29 Mei 2016, Tim Ekspedisi dari berbagai instansi pemerintahan maupun swasta kembali berlabuh ditempat yang sama saat pemberangkatan.
Ekspedisi Bhakti PMK merupakan salah satu program yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) untuk mengunjungi daerah 3T (Terdepan, Terpencil dan Tertinggal) yang melibatkan baik instansi pemeritahan maupun swasta. Salah satunya ialah RZ.
Dalam ekspedisi ini, RZ mendelegasikan 4 orang relawannya dengan membawa 30.000 kaleng super qurban , 240 quran, 400 iqro, 400 tas sekolah, 400 tempat makan, 400 tempat minum, 800 ekslempar buku tulis dan 120 psc mukena. Jika di hitung-hitung ada sekitar 2,3 M.
Pada tanggal 3 Mei, tim ekspedisi yang berjumlah sekitar 120 orang tiba di Pulau Bajo, kabupaten Bima, NTB. Pulo Bajo menjadi destinasi pertama yang dikunjungi. Selain menyalurkan bantuan, disini pada pagi hari dihari pertama tim ekspedisi menerima kunjungan para warga yang ingin melihat dari dekat bagaimana kemegahan KRI Banda Aceh 593. Sorenya, Relawan RZ menyempatkan diri untuk menelusuri daerah Bajo Pulo Barat.
Bajo Pulo Barat dihuni oleh 105 KK yang mayoritas adalah muslim. Pada hari berikutnya (Rabu, 4/5) Relawan RZ menyempatkan diri mengunjungi SMPN 8 Sape Satu Atap. Sekolah ini hanya memiliki 2 ruang kelas dan 20 orang guru tanpa adanya ruang guru. Disini relawan menggelar sebuah program, yakni program Pelajar Siaga Bencana (PSB).
"Adik-adik sangat antusias dalam mengikuti program ini” ungkap Fajri, Relawan RZ asal Pekanbaru.
Usai program PSB, relawan kembali menyempatkan diri untuk mengunjungi Desa Bajo Pulo Tengah untuk menyalurkan beragam bantuan.
Akhirnya, rangkaian aksi di Bajo Pulo atau Pulau Bajo telah selesai. Relawan RZ dan tim ekspedisi lainnya, segera melakukan persiapan untuk melanjutkan pelayaran menuju pulau kedua target ekspedisi, yaitu Pulau Wetar, di Maluku Barat Daya.
Ahad (08/05/16) pagi yang cerah, Tim ekspedisi tiba di lautan Pulau Wetar, Maluku Barat Daya. Pulau Wetar, atau terkenal dengan sebutan Pulau Babi ini mayoritas penduduknya beragama Kristen. Pulaunya subur, kontur tanahnya berbukit-bukit dengan pemandangan hijau yang asri. Dari hijaunya pemandangan, kita bisa tahu bahwa Pulau Wetar adalah pulau yang subur, ini berbeda dengan Pulau Bajo sebelumnya yang terlihat tandus dan kering.
Ketika Tim Ekspedisi tiba didesa Ilwaki, tim ekspedisi disambut dengan sebuah tarian dan nyanyian penyambutan khas penduduk setempat. Penduduk yang mayoritas Kristen ini menyambut Relawan dengan sangat ramah. Anak-anak berkumpul, bersorak-sorak menyambut kedatangan Tim Ekspedisi. Di Pulau Wetar ini, penyambutan dilakukan di Gereja Robotos.
Selepas ceremony penyambutan, Relawan RZ langsung menuju ke SD Ilwaki untuk mengadakan program Pelajar Siaga Bencana (PSB). Relawan RZ menggunakan metode mendongeng untuk menjelaskan tentang bencana alam dan bagaimana cara menjaga kelestarian alam Pulau Wetar, seperti tidak membuang sampah sembarangan terutama ke laut, karena hal itu akan membuat laut tercemar dan banyak ikan mati.
Dalam kegiatan itu, Relawan RZ juga bersinergi dengan Baznas menyuguhkan pertunjukkan sulap dengan trik-trik sederhana untuk menghibur anak-anak. Dan hiburan ini cukup berhasil membuat semakin banyak anak yang ikut berkumpul mengurumi Relawan, apalagi Relawan RZ juga memberikan hadiah-hadiah berupa tempat makan dan tempat minum. Jadilah, anak-anak makin semangat mengikuti program PSB.
Menjelang waktu Dzuhur, semua agenda hari pertama di Pulau Wetar telah selesai, dan saat Relawan RZ sedang berkeliling kampung untuk mencari tempat Shalat, mereka bertemu dengan dua orang muslimah setempat di sekitaran SD Ilwaki. Relawan pun segera meminta izin untuk ikut shalat di rumah mereka, kedua muslimah yang merupakan Ibu dan anak menyambut relawan di rumahnya dengan sangat bahagia.
Di rumah muslimah yang bernama Siti Rahamseisa ini, Relawan berkumpul dan bercerita panjang lebar tentang kondisi muslim di Pulau Wetar. Relawan RZ memanggil Ibu Siti dengan sebutan, Mama dan memanggil anak beliau dengan sebutan Buk Nur.
Mama menceritakan bagaimana perjuangan almarhum suami beliau saat merukunkan umat muslim yang minoritas dengan umat Kristiani yang mayoritas serta bagaimana mereka berjuang untuk shalat berjamaah disaat mereka tak punya mushala satu pun. Mama menceritakan semua itu sembari meneteskan air mata, hal ini membuat Relawan ikut terharu.
Suami Mama meninggal ketika mereka sedang berusaha membangun sebuah mushala kecil untuk shalat berjamaah dan sekaligus sebagai tempat anak-anak belajar mengaji. Suami beliau adalah seorang koramil, dan sepeninggal beliau, usaha untuk mendirikan mushala menjadi tersendat sampai sekarang.
Relawan RZ memberikan kornet Superqurban untuk Mama dan warga di sekitar. Sayang, di hari pertama penyaluran, Relawan RZ tidak membawa Al-Qur’an saat aksi, karena informasi sebelumnya menyebutkan bahwa di Pulau Wetar tidak ada muslim satu pun. Hal ini membuat Relawan RZ benar-benar menyesal, karena agenda di Pulau Wetar hanya satu hari, sehingga tak mungkin kembali ke Ilwaki.
Setelah jamuan makan di rumah Mama, Relawan RZ pun mohon pamit untuk kembali ke KRI BANDA ACEH di dermaga Wetar. Mama melepas Relawan dengan sedih sampai meneteskan air mata. Tapi meski begitu, Mama menyampaikan bahwa beliau sangat bahagia dikunjungi saudara muslim yang datang dari jauh.
Saat Relawan RZ akan masuk ke dalam truk yang akan membawa tim ekspedisi ke Dermaga Wetar, salah satu Relawan RZ menceritakan tentang Mama dan kondisi Muslim di Wetar kepada Ketua PMK. Alhamdulillah, langsung direspon dengan baik, dan diputuskan bahwa besok mereka akan kembali ke Wetar, tepatnya ke Desa Ilwaki. Relawan RZ diminta membawa semua Al-Qur’an untuk diberikan kepada Mama Siti agar didistribusikan kepada seluruh warga muslim di sana.
Relawan RZ sangat bahagia dengan keputusan itu. Mereka pun langsung turun dari truk dan segera kembali ke rumah Mama yang kebetulan terletak di pesisir. Relawan menyampaikan bahwa besok mereka akan kembali ke Ilwaki dengan membawa Al-Qur’an. Mama meneteskan air mata karena senang.
Keesokan harinya (09/05), Relawan RZ kembali ke Wetar, tepatnya ke desa Ilwaki dengan membawa Al-Qur’an. Hari itu, Relawan menyempatkan diri untuk mengunjungi warga muslim Wetar. Rasa bahagia sekaligus haru menyeruak saat bertemu mereka. Mereka menyambut Relawan RZ layaknya saudara mereka yang pulang merantau dari sebrang.
Bapak-bapak memeluk relawan satu per satu, mengucapkan salam dan menyampaikan terima kasih karena sudah berkunjung.
Mama Siti mengajak Relawan RZ untuk melihat mushala kecil yang diceritakan kemarin. Mushola yang belum sempurna pembangunannya, karena hanya ada atap saja tanpa dinding. Warga muslim Wetar bercerita bagaimana mereka berjuang untuk bisa berkumpul dan shalat berjamaah di mushola ini. Bahkan agar bisa shalat idul fitri atau idul adha berjamaah, sebagian warga ada yang sampai berjalan seharian untuk tiba di desa Ilwaki.
Itu pun, sebagian tidak bisa shalat di mushola karena tidak cukup, biasanya, mereka yang tidak kebagian shalat di mushala akan shalat di bawah pohon ketapang. Mungkin bagi kita yang tinggal di daerah yang mayoritas muslim dengan masjid yang berdiri megah di mana-mana, tak bisa membayangkan perjuangan mereka.
Malah, kita yang katanya orang kota, yang rumahnya dekat dengan masjid saja masih ogah-ogahan buat shalat berjamaah di masjid.
Di Pulau Wetar tidak ada Ustadz atau Ulama yang khusus mengajarkan tentang Islam. Yang mengajari masyarakat tentang Islam justru tentara koramil dan polisi muslim yang mendapat penugasan di Wetar. Mereka mengajari anak-anak Wetar mengaji di sore hari ketika tidak ada tugas dinas.
MasyaAllah… luar biasa para tentara dan polisi yang ditugaskan ke pelosok-pelosok ini, tak hanya melaksanakan misi Negara, mereka pun menyebarkan Islam. Semoga Allah selalu melindungi mereka dan memudahkan semua urusan mereka. Aamiin.
###Menjelang siang, Relawan RZ pamit kembali ke KRI BANDA ACEH karena harus segera berlayar lagi menuju Pulau Saumlaki di Maluku Tenggara Barat. Mama Siti melepas Relawan RZ dengan berat hati. Beliau kembali mengucapkan rasa terima kasihnya yang sangat besar atas bantuan yang diberikan.
Tepat pada hari Rabu (11/5) Tim ekpspedisi tiba di Pulau Saumlaki, Tim Relawan RZ tidak melakukan program di pulau ini, karena pulau ini merupakan sebuah kota kabupaten. Tim Relawan RZ memilih untuk mengunjungi Pulau Matakus dan Pulau Selaru. Pulau kecil yang sangat terpencil dengan harga pasar yang bisa berlipat harga normal.
Setelah dari Saumlaki, Kamis (12/5) tim ekspedisi bertolak ke kota Kaimana, tempat acara puncak Ekspedisi Bhakti PMK dan Ekspedisi NKRI yang terlebih melakukan Ekspedisi di Papua Barat.
Di Kamiana, Relawan menyempatkan diri untuk mengunjungi kampung seram dan kampung Kacoa. Hingga tibalah acara puncak ekspedisi yang sekaligus ditutup dengan upcara Hari Kembangkitan Nasional. Di acara puncak, TNI AD ,TNI AL , TNI AU dan POLRI mempertunjukan keahliannya untuk mempertahankan NKRI. Dan tak lupa juga pertunjukan tarian tradional khas Kaimana. **rilis
###
