Potensi Abon Ikan Pelalawan Sangat Besar

Potensi Abon Ikan Pelalawan Sangat Besar
###

PELALAWAN, UTUSANRIAU.CO - Selama ini, kebanyakan orang membuat abon dari daging sapi dan ayam. Tapi saat ini sejumlah produsen
mencoba mendobrak kebuntuan persaingan di industri ini dengan memanfaatkan ikan sebagai bahan dasarnya. Meski pangsa pasarnya
begitu besar, namun persaingan di bisnis ini kian ketat.

"Dengan kata lain, Abon ikan memiliki pangsa pasarnya tersendiri, tak terkecuali abon ikan gabus. Selain lezat dan bertekstur halus, abon ikan gabus sangat segmented dengan ciri khasnya yang pedas," terang Kelompok usaha b@ngkit.com, Zulkhairi, Pangkalankerinci, Minggu (13/4).

Zulkhairi yang merupakan Ketua kelompok usaha menjelaskan bahwa selama ini Abon yang merupakan kudapan berwarna coklat kehitaman ini umumnya berasa gurih dan berserat. Orang mengonsumsi abon sebagai alternatif lauk pendamping nasi putih, bubur atau isian roti.

"Jadi selama inikan yang kita tahu, abon itu terbuat dari daging sapi dan ayam. Nah, kami membuat abon dengan bahan dasar dari ikan," katanya.

Saat ini, sambungnya, kelompok usaha yang didirikannya bersama empat orang pemuda di akhir masa studinya di perguruan tinggi di Riau itu memiliki markas di Kelurahan Langgam, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan. Dan sampai saat ini, kelompok usaha yang berdiri tahun 2009 ini terus menjalin kerja sama dengan Tim CSR perusahaan migas EMP Bentu Ltd untuk memajukan usahanya.

"Kerja sama ini diwujudkan melalui sinergi yang baik antara EMP Bentu dan kelompok kerja (pokja) Gema Aso Alam, sebuah pokja di Kelurahan Langgam," katanya.

Dijelaskan, usaha ini berawal dari keinginannya dan kelompoknya untuk memajukan pangan olahan ikan masyarakat. Khususnya, mengupayakan ikan gabus (bulek) agar dapat diolah menjadi abon ikan (sambal koeng) sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat yang lebih luas.

“Abon ikan gabus ini biasanya menjadi menu makanan sambal ketupat pada takbiran Hari Raya Idul Fitri atau Sambal Nasi Pulut pada waktu acara adat di Kampung Langgam," ujarnya.

Apalagi di Langgam, lanjutnya, pasokan ikan gabus cukup melimpah karena ikan ini diperoleh dari nelayan pencari ikan di sungai. Sayangnya, jenis ikan ini masih belum bisa dibudidayakan sehingga dalam perjalanannya, dirinya beserta kawan-kawannya yang tergabung dalam kelompok usaha ini tidak hanya fokus pada ikan gabus saja.

"Tapi kami juga memproduksi abon ikan patin untuk memenuhi permintaan pembeli yang semakin meningkat," tandasnya.

Saat ini, masih kata Zulkhairi, rata-rata dibutuhkan pasokan ikan segar sebesar 150 kg ikan gabus dan 150 kg ikan patin per bulannya. Dari jumlah itu, dirinya mampu menghasilkan 75 kg abon ikan gabus dan 75 kg abon ikan patin. Untuk harga, abon ikan gabus cap b@ngkit.com kemasan 1 kilogram dibanderol Rp 250.000,- dan abon ikan patin Rp 235.000,-.

"Dari sini, margin keuntungan yang didapatkannya cukup besar. Memang, dari awal b@ngkit.com didirikan tahun 2009, omzet kelompok usaha ini naik cukup signifikan. Jika pada tahun 2009 omzet rata-rata per bulan hanya Rp 700.000,- maka omzet per bulan pada tahun 2013 mencapai Rp 7.500.000,-," ungkapnya.

“Di Pelalawan sendiri, peluang masih terbuka lebar. Karena rata-rata produsen abon ikan di sini hanya mengandalkan produksi dari pesanan,” tutupnya. (ur2)

###

Berita Lainnya

Index