PEKANBARU, UTUSANRIAU.CO - Pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas Pariwisata Riau akan mengikuti Pawai Budaya Nusantara 2017 pada Hari Ulang Tahun (HUT) ke 42 Taman Mini Indonesia Indah (TMII), 16 April nanti di Jakarta.
"Dalam Pawai budaya nantinya, Dinas Pariwisata Riau akan tampilkan 80 penari pada pawai tersebut,” kata Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Dispar Riau melalui Kasi Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya Bero S. Soekarno, M.Sn kepada UTUSANRIAU.CO, Selasa (11/04/2017) dikantornya.
Menurut Bero dalam pawai budaya itu nantinya riau akan menyuguhkan begawai belian. Begawai merupakan pesta dalam kehidupan masyarakat talang mamak di pedalaman kabupaten indragiri Hulu Provinsi Riau.
Begawai, Pesta yang menggambarkan kegembiraan masyarakat setelah melewati masa-masa sulit "Paceklik, hama pada musim tanam, sakit masal yang akan mengikuti ritual pengobatan belian besar" menyuguhkan makan bejamba; bersama serta permainan musik, tari dan atraksi ketangkasan.
Begawai menggunakan simbol tiang gelanggang berbentuk tiang persegi empat tempat dimana kumantan;dukun atau kepala adat melakukan ritual puji syukur atas pemberian anugerah dari sang maha pencipta.
Dalam ritual begawai suku Talang Mamak juga melakukan pengobatan masal, tolak bala atau membuka lahan perkampungan, mereka akan melakukan upacara Begawai/ritual semah yang disebut dengan Belian yakni ritual untuk memberikan semangat dan kenyamanan bagi masyarakat Talang Mamak yang akan mendiami atau berladang di kampung baru tersebut.
Ritual ini sudah menjadi upacara adat turun temurun dari nenek moyang pada masyarakat suku talang mamak yang bersifat nomaden. Begawai Belian ini dipimpin oleh seorang Kumantan (pemimpin ritual).
Kumantan melaksanakan ritual ini didampingi oleh Bujang Kebayu bertugas sebagai perantara roh halus yang akan membisikkan pesan kepada Kumantan.
Untuk mengkondisikan upacara Belian serta peralatan ritual dilakukan oleh Bintara. Begawai Belian ini dilakukan bersama masyarakat suku Talang Mamak lainnya.
Didalam pelaksanaan Begawai Belian, mayang pinang dan kemenyan digunakan sebagai perlengkapan upacara ritual tersebut.
Selanjutnya menyuguhkan Akar gerak tari; diambil dari unsur ritual pengobatan talang mamak, bergerak dinamis dan mengikuti kumantan; dukun dengan memakai aksesories gemerincing di kaki. Dengan hentakan-hentakan kaki seluruh penari bersusun dan berbaris melakukan gerakan persembahan rasa syukur.
Dan Akar musik; dengan nyanyian-nyanyian mantera dan doa, ritmis ketuk-ketuk (berbentuk kentongan kayu) menjadi kekuatan dalam musik. Calempong, gambang kayu dan tetawak merupakan instrumen musik asli talang mamak yang di padu padankan dengan suling bambu sebagai melodis dalam ritual upacara begawai, demikian. **warno
