MANDAU,UTUSANRIAU.Co -- Mewakili Bupati Bengkalis Herliyan Saleh, Asisten III H. Herdi Salioso secara resmi membuka Pencanangan Bulan Bhakti TNI Manunggal Keluarga Berencana dan Kesehatan (KB-Kes) tingkat Kabupaten Bengkalis tahun 2014 yang digelar di desa Boncah Mahang kecamatan Mandau, Kamis (5/6/2014).
Hadir dalam kegiatan tersebut, Mayor Inf. Abdul Mufakher dari Kodim 0303/ Bengkalis, perwakilan BKKBN Provinsi Riau Joniwar, Kepala Badan BPP & KB Kabupaten Bengkalis H. Mustafa, sejumlah Camat seperti Camat Mandau H. Hasan Basri, Camat Pinggir Kasmarni, Camat Bantan Nazly serta masyarakat Mandau terutama ibu-ibu yang mengikuti kegiatan pelayanan KB gratis.
Dalam pengarahan yang disampaikan Herdi Salioso bahwa Pencanangan Bulan Bhakti TNI Manunggal KB-Kes tersebut, merupakan langkah yang tepat dalam upaya mewujudkan keluarga kecil bahagia, serta upaya untuk menanggulangi terjadinya gizi buruk pada anak balita, angka kematian ibu dan pertambahan penduduk di Kab. Bengkalis.
Dan melalui kegiatan tersebut, diharapkan dapat semakin meningkatkan semangat dari kalangan masyarakat untuk membangun keluarga bahagia dengan cara mensukseskan program keluarga berencana (KB).
"Saya mewakili Pak Bupati minta program pencanganan ini, jangan hanya sekadar acara seremonial dan slogan, tetapi betul-betul dilaksanakan agar dapat bermanfaat bagi masyarakat, "kata Herdi.
Menurut Herdi Salioso, bahwa program KB itu, tidak semata-mata hanya mengajak pasangan usia subur untuk memiliki dua anak saja, tapi bagaimana menumbuhkan kesadaran bagi masyarakat untuk ikut dan peduli dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk.
Herdi Salioso menambahkan, berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun lalu, Kab. Bengkalis angka Pasangan Usia Subur (PUS) mencapai 59.195 pasangan dan yang patut membanggakan dari jumlah tersebut, ternyata sekitar 69,3 persen atau sebanyak 41.022 pasangan merupakan peserta KB aktif.
"Jadi, pada umumnya, mereka menjadi peserta KB pemakai kontrasepsi yang mencapai 35.476 pasangan atau 60,1 persen dan angka kelahiran mencapai 2,69 persen, sedangkan angka unmetneed atau peserta KB yang tidak terlayani terutama di daerah terisolir mencapai 4,2 persen, "jelasnya.
Berbicara tentang masalah kesadaran keluarga berencana, tentunya berkaitan erat dengan angka kematian ibu secara nasional, berkisar 100 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi 19 per 1.000 kelahiran dan angka kematian balita 32 per 1.000 kelahiran.
"Dari data Dinas Kesehatan Bengkalis ditahun 2013 lalu, jumlah angka kematian ibu mencapai 65 orang yang disebabkan pendarahan, eklamsi, pertus lama dan infeksi, dan jumlah kematian neonatal (umur 0 – 28 hari) sebanyak 18 orang dan kematian bayi umur 28 hari – 11 bulan jumlah nihil, dan penyebab utama kematian karena berat badan lahir rendah, aspeksia dan infeksi, "ungkap Herdi Salioso.
Untuk mengurangi resiko angka kematian ibu, masyarakat harus merencanakan dan mengatur jarak kelahiran anak. Solusinya, mari ber-KB, karena dengan ber-KB, pasangan usia subur bisa memilih menunda, menjarangkan atau membatasi jumlah kelahiran. Disamping itu.
"Dengan melalui program KB ini, dapat memberikan perlindungan kesehatan reproduksi, perlindungan hak ibu dan anak serta menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, "tambahnya. (bp)
###
