PEKANBARU,UTUSANRIAU.CO -- Kaum Ibu rumah tangga ternyata menjadi kelompok yang paling rentan terserang HIV AIDS. Bahkan, dari ratusan pengidap penyakit mematikan itu di Kota Pekanbaru, kebanyakannya adalah ibu rumah tangga.
Fakta ini tentu saja menimbulkan perhatian serius dari sejumlah pihak. Karena, sebagai ibu rumah tangga yang kebanyakan aktivitasnya di dalam keluarga, semestinya bukan menjadi orang yang rentan terjangkit HIV AIDS.
Menurut Plt Kepala Dinas Kesehatan Pekanbaru, Helda S Munir, kepada wartawan, Kamis (19/6/2014), dari data yang mereka miliki, pengidap HIV di Pekanbaru sudah mencapai 558 orang. Sementara pengidap AIDS sebanyak 571 orang.
"Dari data yang masuk ini terbesar adalah dari kelompok ibu rumah tangga. Artinya mereka yang tidak bekerja di luar rumah," tuturnya.
Hal ini tentu sangat memprihatinkan. Karena kalau mereka jadi Orang dengan HIV AIDS (ODHA), maka akan beresiko terhadap anak-anaknya.
Ditanya bagaimana para ibu rumah tangga itu bisa tertular, Helda menjelaskan bahwa bisa jadi ketika tranfusi darah. Atau malah ditularkan oleh suami mereka. Hanya saja, kaum pria kebanyakan enggan memeriksakan kesehatannya. Sementara, kaum ibu mengetahui terkena HIV AIDS ketika memeriksakan kesehatan diri.
Dilanjutkannya, kecenderungan, masih sedikit laki-laki yang melakukan tes kesehatan. Karena itu, dengan kesadaran akan bahaya HIV AIDS, para laki-laki harus memiliki kemauan sendiri untuk diperiksa. Menurut Helda, kelompok yang rentan terjangkit virus ini adalah yang berusia 15-49 tahun.
Karena itu, kemarin Diskes bekerjasama dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Pekanbaru untuk mensosialisasikan bahayanya penyakit itu ke Pegawai Negeri Sipil (PNS). Diharap, lewat sosialisasi ini PNS mengerti apa itu HIV dan AIDS. Lalu tahu bagaimana memperlakukan ODHA dan gencar menginformasikan ke masyarakat sekitar terkait bahaya-bahayanya.
Ketua Harian KPA yang juga Wakil Walikota Pekanbaru, Ayat Cahyadi SSi menjelaskan, tugas KPA diantaranya mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan angota KPAK Pekanbaru, mengadakan kerjasama regional dalam rangka penanggulangan HIV AIDS, menyebarluaskan informasi mengenai HIV dan AIDS kepada aparat serta masyarakat.
Hanya saja, untuk menekan angka HIV AIDS, terkadang mengalami hambatan. Diantaranya, masih ada anggapan tabu membicarakan HIV AIDS di kalangan masyarakat. Padahal, seharusnya mereka jangan tabu membicarakan ini. "Dari pada belajar sendiri sebaiknya cari tahu dari yang lebih paham," katanya.
Lalu, penanganan HIV AIDS juga belum menjadi skala prioritas. Misalnya dari sisi anggaran. KPA masih tergantung terhadap dengan dana lembaga donor. Pengorganisasian masyarakat masih terbatas dan masih rendahnya keikutsertaan masyarakat. (ra)
###
