TEMBILAHAN,UTUSANRIAU.CO -– Seperti tahun-tahun sebelumnya, keberadaan pasar Ramadhan yang didirikan khusus oleh masyarakat Tembilahan atas fasilitas pemerintah daerah yang dikenal dengan pasar “Wadai”, semenjak hari pertama puasa sudah langsung ramai dikunjungi pembeli.
Aneka jenis penganan dan masakan tersedia di pasar wadai ini dengan aneka rasa dan ciri khas banyak daerah, sebut saja Banjar, Palembang, Madura, Padang, Bugis dan Jawa menghiasi pilihan selera pengujung.
Pasar yang sengaja dibangun dadakan oleh pemerintah daerah di Jalan Baharuddin Yusuf Pasar Pagi ini merupakan loaski baru dimana tahun sebelumnya selalu didirikan di jalan Gajah Mada Tembilahan.
Lokasi itu sedikitnya ditempati puluhan pedagang semenjak pukul 15.00 sudah mulai buka dan akan tutup pada waktu mau berbuka puasa.
"Karena sudah jadi kebiasaan, berbuka tanpa ganngan bakaruh ini rasanya tidak lengkap," ujar Ary salah seorang warga Tembilahan, yang ditemui di Pasar Wadai, Minggu (29/6/2014) menceritakan salah satu masakan khas Tembilahan.
Ganggan bakaruh merupakan sayur khas Indragiri Hilir, tepatnya masakan khas dari suku Banjar yang memang menjadi suku terbesar yang mendiami Inhil ini yang sangat digemari warga, penganan ini dibuat dari berbagai macam sayuran, khususnya jantung pisang dan keladi, karena kuahnya berwarna keruh, sehingga masakan ini dinamakan gangan bakaruh (sayur keruh-red).
Seperti disebutkan di atas, selain gangan bakaruh, Pasar Wadai yang hanya ada selama bulan Ramadhan itu juga menjual beraneka macam juadah khas Inhil seperti kue kalapon dan kue cucur sampai kepada jenis kue-kue dengan rasa dan model terkini.
Kue kalapon merupakan kue yang terbuat dari tepung beras ketan dan diberi isi gula merah, serta bagian luarnya diberi parutan kelapa. Dimana bagi orang Padang, kue ini dikenal dengan nama Onde-onde.
Sedangkan kue cucur merupakan kue yang dibuat dari tepung dengan adonan bahannya sangat lembut, sehingga ketika menyentuh lidah langsung hancur."Kalau pada hari-hari biasa di luar bulan Ramadhan baik gangan bakaruh maupun kue kalapon dan kue cucur sulit untuk ditemukan, karena jarang orang membuatnya untuk dijual," kata Ita, seorang ibu yang ditemui sedang belanja.
Bagi pedagang di Pasar Wadai, bulan Ramadhan adalah sebuah berkah untuk mendapatkan rezki yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama menjalankan ibadah puasa dan menjelang datangnya lebaran, karena dari hasil penjualan di Pasar Wadai, mereka bisa lebih tenang mempersiapkan lebaran anak-anaknya.
“Alhamdulillah, dengan adanya Pasar Wadai ini saya merasakan suatu berkah yang luar biasa, karena saban hari dalam bulan ini, jualan masakan saya selalu diserbu para pengunjung yang mencari menu berbuka puasa, sehingga dengan hasil ini saya merasa terbantu dalam mempersiapkan lebaran untuk anak-anak dan keluarga saya, “ ujar Eka, seorang pedagang di Pasar Wadai.
Dari pantauan di Pasar Wadai, para pedagang bukan hanya dari masyarakat suku Banjar, Minang, Jawa dan lainya, melainkan juga warga dari suku Tionghoa juga ikut berpartisipasi mengais rezeki dalam berjualan kuliner ramadhan, baik di Pasar Wadai maupun di sepanjang jalan-jalan Kota Tembilahan. (zul)
