HONG KONG, UTUSANRIAU.CO - Ratusan ribu orang turun ke jalanan kota Hong Kong untuk berunjuk rasa memperjuangkan demokrasi. Para demonstran ini menolak untuk bubar saat diminta membubarkan diri oleh kepolisian.
Seperti dilansir AFP, Rabu (2/7/2014), para demonstran yang jumlahnya nyaris mencapai setengah juta orang ini berkumpul dan memenuhi jalanan distrik Central sejak Selasa (1/7) malam. Mereka bersumpah untuk tetap tinggal di lokasi hingga pukul 08.00 pagi ini.
Namun pada sekitar pukul 03.00 waktu setempat, polisi mulai bergerak dan berupaya membubarkan mereka. Beberapa bersedia kembali ke rumah masing-masing, namun lebih banyak yang nekat tinggal di tempat. Bahkan agar tidak mudah dibubarkan polisi, demonstran mengaitkan lengan mereka dan memilih tiduran di jalanan.
Polisi menginstruksikan kepada demonstran untuk membubarkan diri dan bergerak ke dalam bus-bus yang disediakan untuk membawa mereka pulang ke rumah masing-masing. Jika instruksi ini tidak dipedulikan, kepolisian menyatakan terpaksa menggunakan kekerasan terhadap demonstran. Benar saja, terhadap demonstran yang menolak bubar, polisi mulai membubarkan dan memindahkan mereka secara fisik.
Dengan pengeras suara, polisi menyatakan, mereka yang tetap tinggal akan ditangkap atas tuduhan menghambat dan membahayakan pengguna jalan dan membentuk kelompok tidak sah.
Hingga pukul 06.00 waktu setempat, sekelompok demonstran yang tetap tinggal di lokasi menyanyikan lagu saat berhadapan dengan polisi. Media setempat, South China Morning Post melaporkan, mereka yang ditangkap dibawa ke markas polisi di Hong Kong bagian selatan. Namun polisi belum bisa memastikan jumlah demonstran yang ditangkap.
Unjuk rasa yang digelar secara besar-besaran ini tercatat sebagai yang terbesar semenjak wilayah Hong Kong dikembalikan ke China pada 1997 lalu. Dengan melambai-lambaikan bendera era-koloniak dan meneriakkan slogan anti-Beijing, demonstran menyerukan reformasi demokrasi.
Unjuk rasa ini merefleksikan ketidakpuasan publik pada desakan China dalam menentukan kandidat pemimpin Hong Kong yang baru pada pemilu tahun 2017 mendatang. Nyaris 800 orang ikut serta dalam referendum informal yang menyerukan para pemilih agar diizinkan memilih langsung nominasi kandidat. Namun China menyebutnya ilegal dan tidak valid.
Pihak penyelenggara menyebut sedikitnya 510 orang ikut serta dalam unjuk rasa yang digelar tepat saat peringatan diserahkan kembali kedaulatan Hong Kong kepada China yang jatuh setiap tanggal 1 Juli. Mereka melakukan long march dari Victoria Park ke kawasan bisnis Central. (detiknews.com)
