Dengan keringat yang membasahi wajah dan tangan yang menggenggam dayung dengan erat, mereka berjuang untuk mencapai garis finis. Perlombaan ini bukan hanya soal siapa yang tercepat, tetapi juga tentang mempertahankan warisan budaya dan mempererat tali silaturahmi antar warga.
"Kami bersyukur, alhamdulillah, semua peserta akhirnya dapat mencapai garis finis, meskipun tantangan yang dihadapi tidaklah ringan. Ini adalah bukti nyata kebersamaan kami dengan masyarakat Tanah Putih Tanjung Melawan. Kebersamaan inilah yang membuat acara seperti ini terasa lebih bermakna, karena bukan hanya sekadar perlombaan, tetapi juga perayaan budaya dan identitas lokal. Melihat antusiasme dan kebersamaan yang tercipta, kami berharap kegiatan seperti ini dapat menjadi agenda tahunan yang dinantikan oleh seluruh lapisan masyarakat," ungkapnya.
Untuk mewujudkan harapan tersebut, sambungnya lagi, pihak kecamatan akan berusaha untuk melobi pihak Kabupaten agar lomba pacu sampan ini dimasukkan ke dalam agenda resmi Dinas Pariwisata. Dengan dukungan dari pemerintah daerah, acara ini dapat dikembangkan lebih besar lagi, bahkan menjadi salah satu daya tarik wisata unggulan di Rokan Hilir.
"Kami percaya, dengan kolaborasi yang baik antara masyarakat dan pemerintah, tradisi pacu sampan ini dapat dilestarikan dan diwariskan kepada generasi mendatang," cetusnya.
Selain sebagai ajang perlombaan, pacu sampan juga memiliki nilai edukatif yang penting. Generasi muda tidak hanya diajak untuk berpartisipasi, tetapi juga untuk belajar dan memahami bagaimana sampan digunakan sebagai alat transportasi tradisional di masa lalu.
Dengan mengenal dan menguasai teknik mendayung, mereka diharapkan dapat merasakan langsung bagaimana nenek moyang mereka beradaptasi dengan alam, menggunakan kearifan lokal untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
"Lomba pacu sampan ini tidak hanya menjadi ajang perlombaan yang penuh dengan semangat kompetisi, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan pelestarian budaya," tutupnya. (zal)
