UTUSANRIAU.CO, PANGKALAN JAMBI - Tim Pogram Dana Padanan (PDP) Universitas Riau Tahun 2024 kembali mengadakan aksi nyata pemberdayaan masyarakat di lapangan. Kegiatan kali ini adalah “Pendampingan dan Pengembangan Sekolah Cinta Mangrove” yang bertempat di SD 9 Kecamatan Bukit Batu dan SD 8 Kecamtan Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis. Kegiatan ini merupakan sebuah inisiatif pendidikan yang bertujuan untuk memperkenalkan pentingnya pelestarian lingkungan mangrove kepada generasi muda, khususnya siswa sekolah dasar.
Disebutkan Dr. Zulkarnaini, M.Si, Ketua Tim PDP UNRI 2024, kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen jangka panjang untuk membangun kesadaran dan pemahaman terhadap ekosistem mangrove yang semakin terancam, serta mengintegrasikan nilai-nilai pelestarian lingkungan dalam kurikulum pendidikan.
“Pendampingan ini melibatkan berbagai pihak, mulai dari tenaga pendidik, peserta didik, hingga pihak swasta sebagai mitra (PT Pertamina RU Sungai Pakning), yang bekerja bersama-sama untuk merancang strategi pengajaran yang inovatif dan berbasis pada pengelolaan lingkungan berkelanjutan,” ungkapnya yang didampingi anggota PDP lainnya, yaitu Dr. Taryono, M.Si, Dr. Abdul Sadad, S.Sos, M.Si, Dr. Benny Heltonika S.Pi., M.Si Dr. Mimin Sundari Nasution, S.Sos, M.Si, dan Masrul Ikhsan, S.Sos, M.Si.
Pemateri kegiatan ini adalah Dr. M. Jaya Adi Putra, M.Pd, dosen senior PGSD Universitas Riau yang juga anggota PDP. Dikatakan M Jaya, kegiatan ini tujuannya adalah mengintegrasi materi lingkungan ke dalam pembelajaran sehari-hari di sekolah. “Pengembangan kurikulum berbasis pelestarian lingkungan, dengan pendekatan yang lebih kontekstual dan relevan dengan tantangan lingkungan yang ada,” katanya.
Menurut M. Jaya, melalui kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan keterampilan para guru dalam mengajarkan pentingnya konservasi gambut kepada siswa. Lebih lanjut, kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman tentang ekosistem gambut kepada para pendidik dan siswa.
“Pendampingan ini melibatkan para guru dan siswa dalam pembelajaran langsung tentang mangrove dan manfaatnya. Para peserta diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan para ahli di bidang pembelajaran serta melakukan observasi di kawasan mangrove yang ada di sekitar sekolah untuk memahami kondisi sebenarnya,” kata M. Jaya.
Lebih lanjut dikemukakan M. Jaya, kegiatan ini juga melibatkan pembuatan materi ajar dan alat peraga yang berfokus pada edukasi lingkungan. Para peserta diharapkan dapat menggunakan materi tersebut untuk memperkaya pembelajaran di sekolah dan membangun kesadaran akan pentingnya pelestarian gambut. Dengan adanya kegiatan pendampingan ini, diharapkan Sekolah Cinta Gambut dapat menjadi model bagi sekolah-sekolah lainnya dalam mengintegrasikan pendidikan lingkungan yang berbasis pada pelestarian alam.
“Semoga kegiatan ini tidak hanya memberikan dampak positif bagi siswa dan tenaga pengajar, tetapi juga dapat berkontribusi langsung terhadap upaya pelestarian gambut yang semakin penting untuk kelangsungan ekosistem kita,” ungkapnya.***ril