TEMBILAHAN, UTUSANRIAU.CO - Ratusan mahasiswa dari berbagai fakultas menggelar aksi demo menuntut Rektor Universitas Islam Indragiri, Ririn Handayani mundur dari jabatannya, Kamis kemarin (5 /2/2014).
Aksi demo yang dimulai dari Gedung Kampus 1, Fakultas Teknik dan Informatika (FTIK) serta Fakultas Pertanian (Feperta), di Parit 1 Kecamatan Tembilahan Hulu ini, sempat berlangsung ricuh dan tidak terkendali.
Pasalnya, berdasarkan pengamatan di lapangan, tampak kerumunan massa melakukan penghancuran berbagai fasilitas yang ada di Gedung Kampus I Unisi tersebut, seperti melempar kaca-kaca gedung dengan batu dan lain sebagainya, yang membuat suasana dan lingkungan kampus seketika menjadi ramai, dikarenakan bunyi kaca yang pecah dan berserakan di lantai.
Tidak puas dengan memecahkan kaca-kaca gedung, massa mahasiswa yang sudah menunggu untuk bertemu Rektor Unisi, Ririn Handayani sejak pagi dan belum juga ditanggapi terus melakukan aksi mereka, dengan membakar sejumlah meja, kursi dan papan pengumuman di halaman dalam kampus, sambil terus meneriakkan agar Ririn Handayani mundur dari jabatannya, karena dinilai pemilihannya sebagai Rektor Unisi tidak sah.
Setelah sempat melakukan aksi tersebut, massa yang dikawal ketat aparat kepolisian akhirnya bersedia untuk tidak melakukan pengrusakan bangunan dan gedung yang ada disekitarnya. Namun, mereka tetap dengan tuntutannya, yakni ingin bertemu dengan Rektor Unisi dan memintanya mengundurkan diri secepatnya.
Tidak berselang lama, akhirnya Ririn Handayani beserta sejumlah jajaran yang juga dikawal ketat oleh aparat kepolisian bersedia untuk menemui dan mendengarkan apa yang menjadi tuntutan mahasiswa.
Pada kesempatan itu, secara tegas perwakilan massa mahasiswa meminta agar Ririn Handayani segera mundur dari jabatannya sebagai Rektor Unisi, karena mereka memandang keputusan tersebut tidak sah dan melanggar statuta.
“Kami minta ibu mundur dari Rektor Unisi, karena ilegal dan melanggar statuta. Saat ini, kami juga sudah punya dan memegang bukti yang kuat,” tutur Presiden Mahasiswa Unisi, Dhedek Kurniadiyanto.
Menanggapi tuntutan mahasiswa tersebut, Ririn sempat bersikukuh tidak mau mundur, dengan alasan bahwa pengunduran dirinya harus secara procedural, yakni melalui Yayasan Tasik Gemilang, yang menaungi Unisi Tembilahan.
“Urusan Rektor dan yang berhak memutuskan adalah Yayasan. Jadi, jika mau memberhentikan saya, silakan saja dating dan minta ke Yayasan,” terang Ririn.
Mendengar jawaban dan alasan itu, mahasiswa tentu saja tidak menerimanya dan mereka terus mendesak agar saat itu juga Ririn mundur dari jabatannya sebagai Rektor Unisi. Karena jika tidak, mereka akan terus bertahan dan tidak membolehkan Ririn keluar dari areal Gedung Kampus I Unisi.
“Sekarang juga kami minta Ririn mundur, kalau tidak kami akan bertahan dan mendirikan tenda di sini,” teriak salah seorang mahasiswa melalui pengeras suara.
Ketika Ririn hendak meninggalkan kampus tersebut, ratusan massa terus mengepung dan menutup akses jalan masuk dan keluar dari kampus. Sehingga, Ririn yang saat itu dikawal aparat kepolisian tidak bisa meninggalkan lokasi kampus.
Setelah terus didesak dan mendapat hujatan dari mahasiswa, bahkan sempat terjadi saling dorong antara aparat kepolisian dan mahasiswa, akhirnya Ririn bersedia menandatangani pernyataan pengunduran diri sebagai Rektor Unisi. Tindakan itu tentunya disambut teriakan gembira oleh kalangan mahasiswa. Untuk kemudian, mempersilakan Ririn meninggalkan lokasi kampus.
“Alhamdulillah, akhirnya Ririn mundur. Surat ini akan langsung kita bawa ke Yayasan,” ujar Dhedek.
Usai mendapat keputusan tersebut, ratusan massa dengan melakukan konvoi mulai bergerak kembali menuju Yayasan Tasik Gemilang, di Rektorat Unisi, Jalan KH Dewantara Tembilahan, untuk menyerahkan surat pengunduran diri Ririn.
Ketika sampai di Rektorat Unisi, massa juga sempat melakukan pengrusakan kaca-kaca gedung, karena tidak ada yang menanggapi dan menerima tuntutan mereka.
Namun kemudian, sejumlah perwakilan Yayasan Tasik Gemilang, yakni Muammar Gaddafi dan Dianto Mampanini akhirnya bersedia datang dan menemui mahasiswa, untuk mendengarkan tuntutan mereka dan selanjutnya disampaikan kepada Ketua Yayasan.
Saat itu, pihak yayasan berjanji akan segera berangkat ke Pekanbaru untuk menemui Ketua Yayasan dan menjelaskan tentang tuntutan mahasiswa tersebut. Karena, perwakilan yayasan yang hadir tidak bisa mengambil keputusan apapun.
“Malam ini kita akan berangkat ke Pekanbaru dan kita usahakan pada Hari Sabtu sudah bisa dilakukan pertemuan kembali dengan mahasiswa. Jadi, kita harapkan jangan merusak lagi,” harap Dianto.
Jawaban itu akhirnya diterima oleh massa mahasiswa. Sehingga, mereka memutuskan untuk menghentikan sementara aksi mereka dan kembali ke rumah masing-masing. Namun, pada Hari Sabtu besok mereka akan datang kembali untuk menuntut janji pihak yayasan tersebut.
“Sabtu kita kumpul lagi dan kalau perlu dengan massa yang lebih banyak, untuk menyelesaikan dan mandapatkan hasil dari tuntutan kita ini,” kata Dhedek.(dli)
###
