Ia menambahkan bahwa gelar tersebut sah dan berlaku sejak saat penabalan, serta melekat sebagai panggilan kehormatan sehari-hari dalam masyarakat adat Melayu Riau.
Setelah pembacaan Warkah, prosesi dilanjutkan dengan pemasangan tanjak oleh Ketua MKA LAM Riau, selempang oleh Plt Ketua MKA LAM Rohil Datuk Rustam Effendi, dan keris oleh Ketua DPH LAM Rohil Datuk Sri Jufrizan kepada kedua pemimpin daerah tersebut.
Tepuk tepung tawar turut dilakukan oleh pengurus LAM Riau, LAM Rohil, serta Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai bagian dari ritual adat yang menandai kesakralan penabalan.
Ketua DPH LAM Rohil, Datuk Jufrizan, menjelaskan bahwa pemberian gelar adat kepada kepala daerah telah diatur secara konkrit dalam anggaran dasar dan rumah tangga LAMR.
Menurutnya, kepala daerah merupakan payung panji masyarakat Melayu yang wajib diberi gelar kehormatan sebagai bentuk pengakuan terhadap peran mereka dalam menjaga marwah dan budaya Melayu.
LAMR Rohil, lanjut Jufrizan, telah melihat kesungguhan Bupati dan Wakil Bupati dalam memimpin daerah dengan menjadikan nilai-nilai kemelayuan sebagai landasan utama.
"Setelah beberapa bulan menjabat, mereka menunjukkan komitmen membangun Rohil dengan semangat Melayu yang terbuka dan positif," ujarnya.
Dalam sambutannya, Datuk Seri Setia Amanah H. Bistamam menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas gelar adat yang diberikan oleh LAMR Rohil.
Ia berharap gelar tersebut mendapat ridho dari Allah SWT dan menjadi motivasi dalam menjalankan amanah sebagai pemimpin daerah.
Bistamam juga berkomitmen menjaga gelar adat dengan penuh kesungguhan dan meminta tunjuk ajar dari LAMR agar kepemimpinannya tetap selaras dengan adat dan budaya Melayu.
"Gelar ini akan kami jaga dengan ikhlas dan kami harap terus mendapat bimbingan dari LAMR," tuturnya.
Sementara itu, Datuk Seri H. Raja Marjohan Yusuf menegaskan bahwa gelar adat merupakan simbol kehormatan dan tanggung jawab yang harus dijalankan dengan baik oleh setiap pemimpin negeri.
Ia berharap gelar tersebut dapat menjadi semangat bagi para pemimpin untuk bekerja sama dengan seluruh komponen masyarakat dalam membangun negeri.
Acara penabalan ditutup dengan jamuan makan secara adat Melayu, di mana Datuk Seri Setia Amanah dan Datuk Timbalan Seri Setia Amanah turut menyambut para tamu dengan penuh kehangatan.
Prosesi ini menjadi momentum penting dalam memperkuat nilai-nilai budaya dan adat Melayu di tengah kepemimpinan daerah yang terus berkembang. (zal)