Makassar — kpai makassar di awal tahun ini kembali menegaskan pentingnya penguatan perlindungan anak di era digital, terutama terkait maraknya konten dan platform daring yang dapat berdampak negatif terhadap tumbuh kembang anak. Transformasi teknologi membawa banyak manfaat—pendidikan, hiburan, dan informasi—namun juga memunculkan risiko berupa cyberbullying, penipuan online, kecanduan gawai, eksploitasi seksual, serta paparan konten kekerasan yang tidak seharusnya dilihat anak.
Di Indonesia, peningkatan jumlah pengguna internet usia dini menunjukkan tren yang signifikan. Anak-anak saat ini terpapar internet sejak usia sangat muda, baik melalui smartphone, tablet, maupun perangkat sekolah. Di satu sisi, teknologi membantu pembelajaran, tetapi tanpa pengawasan yang tepat, anak rentan mengalami tekanan psikologis dan kejahatan digital. Oleh karena itu, peran orang tua menjadi sangat penting dalam membangun proteksi digital yang sehat dan efektif.
Tantangan Perlindungan Anak di Ranah Digital
Perkembangan teknologi menciptakan berbagai tantangan baru dalam pola pengasuhan. Beberapa tantangan tersebut antara lain:
Konten yang Tidak Layak Anak
Banyak platform menyediakan konten dewasa, kekerasan, dan ujaran kebencian yang dapat dengan mudah diakses jika tanpa filter.
Cyberbullying
Anak dapat menjadi korban perundungan digital melalui media sosial, komunitas game, atau grup perpesanan.
Eksploitasi Seksual dan Grooming Online
Pelaku kejahatan siber sering mendekati anak melalui akun palsu, permainan online, atau chat untuk memanipulasi korban.
Kecanduan Gadget dan Game
Anak rentan menghabiskan waktu berlebihan di depan layar yang dapat memengaruhi kesehatan mental dan fisik serta menurunkan prestasi belajar.
Pencurian Data dan Penipuan Digital
Anak sering tidak menyadari bahaya membagikan informasi pribadi, sehingga rentan dimanfaatkan pihak tidak bertanggung jawab.
Melihat ancaman tersebut, pengawasan orang tua bukan berarti melarang anak menggunakan internet, tetapi memberikan pendampingan yang aktif, proporsional, dan penuh edukasi.
Cara Orang Tua Mengawasi Aktivitas Online dengan Aman
Berikut beberapa langkah strategis yang dapat diterapkan orang tua demi menciptakan lingkungan digital yang aman untuk anak:
1. Komunikasi Terbuka dan Edukasi Digital
Ajari anak tentang keamanan digital sejak dini — termasuk batasan membagikan informasi pribadi, cara menilai konten yang tidak pantas, dan risiko berinteraksi dengan orang asing di internet. Anak harus merasa nyaman untuk bercerita jika menemukan hal yang mengganggu.
2. Tetapkan Aturan Waktu dan Durasi Penggunaan Gadget
Pengaturan durasi bermain gadget membantu anak tetap seimbang antara aktivitas digital dan dunia nyata. Orang tua dapat menggunakan “time control” di perangkat atau menyusun jadwal penggunaan internet.
3. Gunakan Fitur Parental Control
Banyak perangkat dan aplikasi kini menyediakan kontrol orang tua. Orang tua bisa mengatur situs apa saja yang dapat diakses, batasan usia permainan, hingga melacak aktivitas media sosial dan pencarian internet anak.
4. Kenali Platform yang Digunakan Anak
Orang tua perlu memahami aplikasi, game, dan media sosial yang diakses anak — termasuk fitur keamanan, potensi risiko, serta interaksi komunitas di dalamnya. Semakin terinformasi orang tua, semakin mudah proses pengawasan.
5. Jaga Privasi Anak
Ajari anak untuk tidak mengupload foto pribadi sembarangan, tidak membagikan alamat rumah, nomor telepon, atau lokasi real-time ke orang lain. Privasi merupakan fondasi perlindungan digital.
6. Ajak Anak Terlibat dengan Aktivitas Positif
Orang tua dapat mengenalkan konten digital edukatif seperti video pembelajaran, aplikasi sekolah, dan permainan edukatif. Hal ini membantu anak menjadikan internet sebagai sarana pengembangan diri, bukan hiburan semata.
Peran Masyarakat dan Pemerintah
Perlindungan anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi juga memerlukan dukungan sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Literasi digital harus diperkuat melalui kurikulum pendidikan, sosialisasi di lingkungan sekolah, dan kampanye publik tentang keamanan digital anak. Pemerintah juga diharapkan memperketat regulasi penyebaran konten tidak pantas, serta memperkuat pelaporan kasus kekerasan online terhadap anak.
Institusi perlindungan anak pun memiliki peran penting dalam menerima laporan, melakukan advokasi, dan memberikan pendampingan terhadap korban. Dengan kerja sama semua pihak, era digital dapat menjadi ruang aman yang mendukung pertumbuhan anak, bukan sebaliknya.
Memasuki era digital, internet menjadi bagian kehidupan sehari-hari yang sulit dipisahkan dari anak. Larangan total bukan solusi, namun pendampingan cerdas berbasis komunikasi, edukasi, dan teknologi pengawasan yang tepat menjadi kunci utama perlindungan. Dengan keterlibatan aktif orang tua, sekolah, pemerintah, dan masyarakat, anak dapat menikmati manfaat teknologi secara positif dan bebas dari ancaman risiko digital.(rls)
