JAKARTA, UTUSANRIAU.CO - Miasih binti Semar, TKW (Tenaga Kerja Wanita) yang disiksa majikannya di Jeddah, Arab Saudi diketahui hampir tidak pernah mengirim kabar ke keluarganya. Selama 4 tahun bekerja di sana, Miasih pernah menelepon ke anaknya.
"Pernah 2-3 kali telepon ke anaknya tapi jaraknya tahunan. Ini kita patut curiga. Terakhir memberi kabar itu 6 bulan yang lalu itu pun juga terkesan ditutup-tutupi dan ada yang mengawasi," ujar saudara sepupu Miasih, Junhairi, ketika berbincang, Sabtu (2/8/2014) malam.
Miasih adalah perempuan yang berasal dari Lombok Tengah. Dia ditemukan oleh aktivis buruh migran pagi tadi waktu setempat dengan kondisi luka di jalan raya.
"Alhamdulillah sudah ada di KJRI dan kondisi terakhir sudah membaik. Tapi sebelum-sebelumnya kita mengirim surat itu tidak ada tanggapan dari KJRI, baru akhir-akhir ini KJRI merespon," ucapnya.
Miasih diberangkatkan PT BKA Jakarta. Dia bekerja di majikan berinisial ABS yang tinggal di kawasan Al Khamis, Arab Saudi. Selama bekerja, Miasih diketahui tidak pernah mengirimkan uang kepada keluarganya.
"Boro-boro gaji mengirimkan uang, telepon pun susah, kita sudah dapat informasi dia nggak digaji, itu dasar kita bersurat ke KBRI," kata Junhairi.
Junhairi juga sangat berharap pemerintah Indonesia, baik BNP2TKI, Menakertrans, Kemlu, KBRI, dan KJRI segera bertindak dan memberikan pertolongan serta penanganan yang serius kepada Miasih.
Kepada para aktivis buruh Migran, Miasih dianiaya karena hendak minta akan hak dan upah gajinya kepada majikannya.
Miasih sudah dalam penanganan pihak perwakilan KJRI Jeddah. Pihak KJRI berjanji akan segera memperjuangkan dan berupaya hak-hak dan keadilan atas kasus yang menimpa Miasih. (detiknews.com)
