UNRI, BPPT dan Jepang Tawarkan Solusi Karhutla

UNRI, BPPT dan Jepang Tawarkan Solusi Karhutla
Bambang Setiadi diapit Dr Haris dan Prof Kosuke Mizuno ###

Pekanbaru, Utusanriau.co - Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di Provinsi Riau setiap tahun, sehingga menimbulkan kabut asap hingga ke negara tetangga, bisa diatasi dengan penerapan prinsip rewetting (pembasahan kembali) di lahan gambut. Apalagi konsep ini sudah masuk dalam program The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).

"Prinsip pembasahan gambut dapat dilakukan dengan pengembangan teknik-teknik perikanan di kawasan gambut, penutupan kanal-kanal di gambut, pengembangan tanaman asli hutan gambut serta tanaman-tanaman yang tahan kebasahan yang memiliki nilai ekonomis tinggi," kata Dr Bambang Setiadi, peneliti senior gambut tropika dari BPPT dan juga Ketua Himpunan Gambut Indonesia (HGI) tahun 2002-2012, yang didampingi Dr Haris Gunawan, peneliti Ekologi dan Lingkungan Lahan Basah-Gambut dari Universitas Riau (Unri), Prof Kosuke Mizuno peneliti Makroekonomi, Sosial dan Kehutanan (Pengembangan Hutan Berbasis Partisipasi masyarakat di Lahan Gambut) dari CSEAS Kyoto University,   Jepang, dan Dr Haruka Suzuki, peneliti Pemanfaatan Kayu dan Sosial Masyarakat dari RISH Universitas Kyoto, Jepang, dalam diskusi dengan media, Sabtu (8/2) di Pekanbaru.

Mengapa gambut saat ini di Riau bisa gampang terbakar? Menurut Prof Kosuke Mizuno, hal itu disebabkan di sepanjang lahan gambut dibuat kanal-kanal untuk mengeluarkan airnya, saat pembukaan lahan sawit. Akibatnya, permukaan airnya turun hingga mencapai 70 cm. "Sekitar 20 tahun lalu, perilaku warga tetap sama, buka lahan, buang puntung rokok sembarangan, tapi lahan gambut tak terbakar karena gambut masih basah. Sekarang, akibat dijadikan lahan sawit, permukaan air turun, sehingga menjadi kering. Akibatnya, karbon muncul di udara, sehingga gambut gampang terbakar," jelasnya.

Kebakaran gambut di Riau, kata Dr Bambang Setiadi, adalah ancaman untuk negara tetangga. Sehingga Riau menjadi andalan pengukuran-pengukuran Green House Gas (GHG) di tingkat lokal, nasional maupun internasional. "BPPT aktif menghimpun pemikiran mengenai kemungkinan penerapan prinsip-prinsip rewetting di Indonesia karena BPPT akan menjadi focal point FAO untuk isu-isu GHG," ungkapnya.

Oleh karena itu, dalam menangani kebakaran gambut, kata Dr Haris Gunawan, Unri dan Jepang telah melakukan kerjasama dalam aspek-aspek pengembangan tanaman asli hutan gambut, sosial ekonomi gambut, nilai ekonomi kayu gambut dan tata air di lahan gambut. prinsip-prinsip kegiatan Unri-Jepang ini dipadukan dengan pemikiran BPPT mengenai rewetting.

"Hasil pemikiran ini sudah kita sajikan di depan Bupati Bengkalis dan jajarannya, yang dilanjutkan dengan studi lapangan ke berbagai wilayah kebakaran gambut, danau Pulau Besar, sungai Bukit Batu, industri sagu di gambut serta uji tanaman asli hutan gambut. Kemudian, UNRI, BPPT dan Jepang, sepakat menyusun proposal bersama mengenai penerapan prinsip rewetting (pembasahan kembali) di suatu kawasan seluas 3.000
Ha," jelas Haris.

Selain itu, katanya, UNRI, BPPT dan Jepang juga mengajukan pemikiran kepada Pemkab dan Pemerintah Provinsi Riau untuk pengembangan tanaman yang mampu berkembang dan membangun ekonomi wilayah, namun juga sifat alami tumbuh di kawasan yang basah san tidak memerlukan pengeringan gambut. Seperti tanaman sagu, bintagur, jelutung, ramin, puna, meranti bakau dan berbagai tanaman asli gambut lainnya. "Jika ini terwujud, maka bisa membangkitkan nilai ekonomi gambut melalui ecotourisme. Menjadi pusat ilmu pengetahuan gambut dunia untuk pemanfaatan gambut yang bijaksana, membangun tanpa merusak gambut serta menetapkan kawasan cagar gambut tropika terdalam di dunia yang terdapat di Riau," ungkap Haris.

Apalagi, kata Prof Kosuke Mizuno, Tanaman asli gambut itu juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi, sekitar Rp1 juta sampai Rp3 juta perkubik dalam 10 tahun panen. "Semua ini sudah kita seminarkan di Bengkalis, yang dihadiri bupati, wakil bupati, dinas kehutanan dan masyarakat setempat," katanya. (no)

###

Berita Lainnya

Index