BENGKALIS, UTUSANRIAU.CO - Indonesia bukanlah siapa-siapa tanpa pejuang. Demi kemerdekaan, jiwa dan raga pun siap dikorbankan
"Saya dulu saat melakukan gerilya, telah membunuh tentara Belanda tiga orang hanya dengan senjata tradisional," tutur mantan pejuang , Basriyadi (82), warga jalan Sudirman no 1 Selatbaru, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis RT/RW 1/1 yang ayahnya dulu merupakan lurah di desanya.
Ayah kima orang anak dan kakek 9 cucu ini mengatakan bahwa peristiwa dirinya ikut berjuang mengusir penjajahan Belanda tepatnya pada tahun 1948 yang pada waktu itu, saat Jepang menyerah setelah Amerika menjatuhkan bom atom di dua kota Jepang, yakni kota Nagasaki dan Hirusima.
ebelum kedua kota Jepang dibom oleh Amerika, pihak Belanda diusir tentara Jepang dan jepang sendiri menjajah selama 3,5 tahun, dan setelah kedua kota Jepang tersebut dibom, jepang menyerah, maka Belanda datang lagi ke Indonesia dengan membonceng tentara Sekutu dan juga masuk ke pulau Bengkalis.
"Makanya, pada saat itu, saya baru berumur 20-an tahun, dipromotori ayah saya yang pada waktu itu menjabat sebagai lurah, berjumlah 40 orang masyarat untuk mengusir tentara Belanda di pusatkan di Desa Padekik-Bengkalis yang masuk ke pulau Bengkalis untuk menjajah kembali di Indonesia, "kata Basriyadi usai mengikuti upacara cinta tanah air yang diselenggarakan Polres Bengkalis di Mapolsek Bantan, Jum'at (15/8/14) jelang siang.
Kakek ini juga menjelaskan, dari 40 orang itu, ada 5 orang yang dibrondong senjata api tentara Belanda dan meninggal secara bersamaan, disebabkan pada saat itu, kelima orang itu ketahuan oleh tentara Belanda sebagai pejuang NKRI dan kelima orang itu telah dimakamkan dimakam pahlawan Bengkalis jalan Pramuka.
"Peristiwa 40 orang pada saat melakukan pengusiran tentara Belanda itu dikomadai oleh orang jawa bernama Subrantas yang merupakan korban dari kerja paksa masa Belanda (Romusya-red), dia berhasil melarikan diri dan terdampar di Pulau Bengkalis, sebab itu, dia yang mengkomandai 40 orang untuk mengusir Belanda dari tanah air Indonesia, "tambahnya.
Dulu, lanjut Basriyadi, maskas Belanda di Pulau Bengkalis tempatnya sekarang di markas Koramil 01 jalan Pahlawan, Bengkalis kota, yang dulunya sebelum jadi markas Koramil, jadi markas Polisi yang saat ini maskas Polisi pindah dijalan Pertanian
"Dari 40 orang pejuang di Kecamatan Bantan itu yang masih hidup hanya dua orang. Pertama saya dan kedua Pak Buang rumahnya saat ini bertetangga dengan saya, "bebernya.
Kakek ini menilai, sekarang ini kondisi keamanan dan pembangunan telah semakin baik dan terus membaik, dibanding pada masa perjuangan silam, sebab masa itu setiap orang dipastikan terasa tertekan dan tiap hari muncul rasa ketakutan bila dengan tiba tiba tentara penjajah datang pada mereka.
Jadi, jika jaman sekarang ini, masih ada orang yang merasa mengeluh atas kesusahan yang menimpanya, maka orang itu menunjukkan orang pemalas yang tidak mau berusaha. Jika dibandingkan masa perjuangan dulu yang harus berkorban harta benda dan bahkan nyawa dipertaruhkan untuk mengusir penindasan penjajah.
"Sebab itu, saran saya pada generasi penerus terutama anak anak muda, jangan sampai lupa para pejuang dulu dengan terus mengembangkan potensi yang ada, sebab tanpa perjuangan kami pada waktu itu, orang sekarang belum tentu dapat menikmati Kemerdekaan," tutupnya. (bp)
###
