Minimalisir Karhutla, Universitas Tanjungpura Berdayakan Mahasiswa

Minimalisir Karhutla, Universitas Tanjungpura Berdayakan Mahasiswa
Dr Erdi Msi###

PEKANBARU,UTUSANRIAU.CO -- Kalimatan Barat merupakan salah satu Provinsi yang memiliki andil sama seperti Riau dalam hal 'memberi' asap kepada negara tetangga akibat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla), kondisi yang setiap tahunya terus berlanjut tersebut disikapi pihak Universitas Tanjungpura dengan memanfaatkan keilmuan Mahasiswa untuk meminimalisirnya.

Perihal tersebut disampaikan Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimatan Barat, Dr Erdi Msi, dalam makalahnya pada seminar Internasional gelar seminar Internasional membahas ekologi, habitat manusia dan perubahan lingkungan di dunia Melayu, yang ditaja oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau (UR) bekerja sama dengan Institute of the Malaysia Word and Civilisation (ATMA), the National University of Malaysia, Selasa (19/8/2014), di Hotel Pangeran Pekanbaru.

Dia menyebut, kunci keselamatan manusia dan lingkungan yaitu kebersamaan antara Pemerintah, perusahaan, universitas dan masyarakat. Jika keempat komponen itu bersatu, segala permasalahan akan terselesaikan.

Erdi mengatakan, di Kalimantan Barat, Gubernur sangat mendukung konsep yang diusulkan akademis untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan kerusakan alam. Salah satu strategi yang baru dilaksanakan yakni dengan menurunkan ratusan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) kedaerah rawan Karhutla.

"Dilapangan, mahasiswa bekerja memberi pemahaman kepada masyarakat untuk tidak boleh membakar, ladang, kebun dan hutan sembarangan. Semua pihak harus melestarikan hutan supaya menghasilkan udara sejuk serta ada empat penyimpanan air," jelasnya.

Kemudian, gubernur menginstruksikan kepada perusahaan untuk ditunjuk seorang penjaga disetiap jarak satu kilometer. Jika terjadi kebaran, petugas ini yang bertanggung jawab untuk memadamkan api.

Alhasil, tahun 2012 ada terdapat 5000 lebih hotspot di Kalimantan Barat. Namun sekarang tinggal sekitar seribuan hotspot. Jadi konsep yang baik itu harus dijalankan dan dilaksanakan. Sebab jika terjadi kebakaran, yang terganggu bukan satu daerah maupun negeara, tetapi juga mengganggu negara lain

"Selain menurunkan mahasiswa kelapangan, masyarakat Kalimantan memilih pemimpin seperti kepala desa harus orang yang dekat dengan pemangku adat. Sebab orang tersebut pasti akan menjaga adat yang berhubungan dengan manusia, lingkungan dan alam," sebut Erdi.

Langkah yang dilakukan Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Tanjungpura tersebut menurut Edi bisa saja diterapkan di Provinsi Riau, kuncinya adalah bagaimana Universitas yang ada mampu menghasilkan suatu porogram konkrit dalam menangani permasalahan Karhutla ini, karena yang dibutuhkan Pemerintah adalah yang konkrit, sehingga dengan kekuasaan dan pendanaan, mereka bisa melaksanakan program yang dibuat pihak Universitas.

"saya kira Riau juga bisa, yang paling penting itu adalah menumbuhkan kesadaran ditengah msyarakat, agar tidak membakar saat membuka lahan. Dengan melibatkan Mahasiswa untuk memberi penjelasan secara rutin ditengah masyarakat, maka saya yakni Riau juga akan mampu mengatasi Karhutla ini," pungkasnya.(ur3)

  ###

Berita Lainnya

Index