CANBERRA, UTUSANRIAU.CO - Australia dan Indonesia sepakat untuk mengembalikan kerja sama intelijen dan militer kedua negara. Hubungan ini sebelumnya ternoda oleh ketegangan terkait berbagai isu, termasuk masalah spionase.
"Kami telah mencapai kesepakatan pada pemahaman bersama dan kami tengah menentukan waktu untuk menandatanganinya," terang Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop, seperti dilansir AFP, Selasa (19/8/2014).
Menurut kantor Menlu Bishop, kesepakatan ini akan ditandatangani di Indonesia, oleh Menlu Marty Natalegawa bersama dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai saksi.
"Ringkasan pernyataan dari komitmen kami untuk saling menghormati kedaulatan masing-masing... dan untuk tidak saling membahayakan kepentingan masing-masing," tutur Menlu kepada media Australia, Fairfax Media.
"Ini berarti, kami tidak akan menggunakan sumber daya intelijen kami untuk membahayakan kepentingan Indonesia," imbuhnya, sembari menambahkan bahwa kerja sama pertahanan, keamanan perbatasan dan intelijen akan kembali dilakukan secara penuh.
Hubungan Australia dan Indonesia memburuk pasca terungkap aktivitas spionase yang dilakukan Negeri Kangguru tersebut terhadap Indonseia. Dalam laporan media Australia tahun lalu, intelijen Australia mencoba menyadap telepon Presiden SBY dan sejumlah pejabat Indonesia yang masuk dalam lingkaran dalam RI 1.
Dampaknya, Duta Besar Indonesia untuk Australia dipanggil pulang dan kerja sama kedua negara dalam beberapa bidang dihentikan sementara. Hingga akhirnya, Presiden SBY menyerukan adanya 'code of conduct' antara kedua negara saat berdialog dengan Perdana Menteri Tony Abbott pada Juni lalu.
Kesepakatan antara kedua negara ini dilaporkan termasuk janji dari Australia untuk tidak pernah lagi menggunakan agen intelijennya untuk membahayakan Indonesia, yang merupakan negara tetangganya. (detiknews.com)
