RANGSANG, UTUSANRIAU.CO - Vihara Qjoz atau yang lazim nya disebut vihara Datuk ladang kecil yang terletak di dusun ladang kecil desa bungur Kecamatan Rangsang pesisir Kabupaten Kepulauan Meranti yang sudah berumur hampir 100 tahun.
Vihara ini menerapkan konsep yang bernuansa kan keislaman dan bagian atas vihara tersebut menggunakan lambang bulan dan bintang layak nya mirip sebuah mesjid. Namun, patung yang terletak di dalam vihara ini bukanlah patung seperti vihara yang lainnya pada umumnya tapi sebuah patung tokoh islam yang menggunakan peci (songkok) dan namanya bertuliskan arab melayu.
Ada yang unik dengan vihara ini, bagi warga yang ingin memasuki vihara tersebut tidak dibenarkan membawa daging dan makanan yang haram, serta wanita yang berhalangan (menstruasi) tidak dibenarkan untuk memasuki nya.
Sebelum diadakan acara ritual sembahyang yang di adakan setahun sekali, seminggu sebelum nya kelenteng tersebut harus dibersihkan dan warga sekitar kelenteng itu tidak boleh makan daging babi yang notabene menjadi makanan wajib bagi warga tionghoa sekitar nya tetapi hanya boleh memakan ikan dan ulam saja.
Kasim (70) Ketua Kelenteng Islam (vihara, red) dengan nama cina Hokguan ketika di temui wartawan saat berbincang-bincang beberapa waktu yang lalu menuturkan bahwa kelenteng tersebut sudah berusia 100 tahun lebih, acara rutin tahunan tamu datang yakni dari singapore, malaysia, tanjung balai karimun, batam dan masyarakat tionghoa Meranti dengan alasan untuk memuja patung yang biasa mereka panggil dengan sebutan “Datuk”.
Patung itu biasa mereka dipanggil "DATUK" yaitu orang besar dan punya derajat tinggi di kebudayaan melayu, mungkin dari orang kesultanan. mereka menghormati dan dibuat lah semacam sesembahan, dahulunya cuma berupa tullisan arab atau tulisan kaligrafi yang sekarang sudah dibuat pada patung.
Patung dibuat dengan berpakaian kesultanan melayu mereka menghormati sebagai yang "dipertuankan" mereka sembah tidak dengan menyertakan daging, termasuk daging babi karena mereka percaya Datuk yang mereka sembah ini adalah orang melayu yang punya derajat tinggi dan beragama islam.
Biasanya kelenteng tertentu bisa kita jumpai diselatpanjang, rangsang, merbau, bengkalis, sungai pakning, dumai, siak, malaysia, kalimantan dan Kepulauan riau. Bahkan negara singapore pun ada, hanya saja sebagai penghormatan budaya tempatan saja. sebenarnya hal ini tidak berhubungan dengan agama, tapi tradisi dan budaya setempat yang lebih kuat dan cenderung masyarakat tionghoa lebih kuat ke tradisi berbhakti dan menghormati yang dituakan.
"Konghucu itu sebenarnya bukan agama tapi filosofi dan cenderung ke tradisi nenek moyang dimana bumi berpijak disitulah langit dijunjung. Maka terjadilah asimilasi budaya, "ungkap kasim.
Kebudayaan penyembahan "Datuk " ini cuma kita bisa jumpai di kawasan asia tenggara yang berdominan suku melayu di tempat lain yang mana dunia tidak ada penyembahan seperti itu hanya akulturasi budaya. Orang - orang yang bertempat tinggal di sekitar vihara tersebut menyebutkan juga nama vihara itu sebagai kelenteng islam. (Rhd)
###
