Bengkalis, utusanriau.co - Kebakaran lahan dan hutan yang terjadi di pulau Bengkalis menjalar hampir ke semua desa. Tidak hanya hutan dan semak belukar yang ludes dilalap api, tapi juga lahan pertanian dan kebun-kebun produktif milik masyarakat.
Seperti dialami sejumlah warga dusun Sukaramai desa Pematang Duku Kecamatan Bengkalis. Berhektar-hektar kebun karet warga ludes disambar api. Upaya pemadaman yang dilakukan secara swadaya tidak mampu menahan lajunya api. Kendati sebagian warga ada yang nekat tidr di kebun, karena kawatir tempat mereka mengais rezeki setiap hari bakal terbakar.
Kenyataannya, sejumlah pemilik lahan hanya bisa pasrah. Tidak sedikit pula yang menangis ketika melihat kebun karet mereka berubah menjadi “padang jarak padang tekukur”. “Macam mana tak menangis, belasan tahun kebun karet itulah yang menjadi tumpuan keluarga, tiba-tiba ludes tanpa sisa,” keluh, Hasbi warga Pematang Duku, Rabu (12/3/14) jelang siang.
Tidak hanya di Desa Pematang Duku, sejumlah warga di desa Kelemantan, Kembung Luar, Bantan Tengah, Bantan Tuam Sungai Alam, Penampi, Jangkang, Wonosari, Pedekik dan desa-desa lainnya, juga mengalami nasib serupa. “Tiga hari abang tak balek ke rumah kawatir kebunnya terbakar. Beruntung, cepat membuat batas api, kalau tak kebun kami juge habis,"ujar Umi warga Kembung Luar.
Tidak hanya suami Umi, sejumlah warga Kembung lainnya juga sanggup berhari-hari tingga di kebun. Tidur di pondok seadanya, berteman dengan nyamuk dan gepalnya malam. “Kebun kami ini tahun dulu pernah juga terbakar, mana pohon yang mati kami sulam kembali. Jangan sampai tahun ini terbakar lagi, walau kami harus bermati-matian menjaga kebun dari api, "ujar Syafrizal pula.
Api menjadi musuh utama bagi warga pemilik kebun karet. Pohon karet yang pernah dijilat api, biasanya akan mati, kalaupun hidup tidak bisa prosuktif lagi. Artinya, batang karet tersebut tidak menghasilkan getah atau susu lagi.
Mau tak mau, para petani harus kembali menanam dan menunggu 6-7 tahun lagi, menjalang batang karetnya bisa ditakik. Itulah mengapa, para pemilik kebun karet sanggup tidur berhari-hari di kebun menjaga agar tidak terbakar.
Seperti yang dilakukan Mursid misalnya. Warga Senggoro Bengkalis ini sejak beberapa hari lalu juga bertungkus menjaga kebun karetnya di desa Bantan Tua. Bersama sejumlah warga, Mursid melakukan pemadaman dengan peralatan seadanya. “Kami berharap dipinjamkan mesin robin, entah dari Damkar atau instansi mana saja. Kami mafhum, petugas Damkar harus berjibaku di sejumlah tempat, jadi mungkin tak sampai ke tempat kami,"ujar Mursid.
Musim kemarau panjang yang melanda Bengkalis tahun ini, benar-benar menjadi tragedi suram. Masyarakat tidak hanya dihadapkan pada kondisi udara yang tidak sehat, kebun-kebun bahkan rumah yang terbakar, tapi juga sulitnya mendapatkan air bersih. (bp).
###
