Meretas Literasi melalui "Sekolah Kapal Peradaban Bandaraya"

Meretas Literasi melalui
Siti Kurniawati (Guru Konsultan Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa)###Guru Konsultan Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa foto bersama Sokop Kecamatan Rangsang Pesisir kabupaten Kepulauan Meranti Riau###

Aku ingin pintar ...

Aku ingin maju ...

Aku ingin sekolah ...

Keterbatasan bukanlah sesuatu hal yang harus menghentikan langkah dan usaha. Dengan kesempatan yang ada ini memanfaatkan sebaik-baiknya adalah cara yang tepat. Tapi kehadiran ini bukan milik kami tetapi milik kita. Dari kita oleh kita dan untuk kita. Itulah yang menjadi pembahasan pada pertemuan kali ini. Bersama aparatur desa yakni Kepala Dusun bapak Nardi, pak RT bapak Zuki, pak Rw bapak Iwa dan beberapa perwakilan warga 
duduk bersama mendiskusikan pembentukan sekolah Non-Formal. Terbentuknya sekolah non-formal ini bermaksud untuk membantu memutus ketidakberdayaan masyarakat terkait Ibarat dari sebuah kapal yang melaju pastilah ada tujuan yang akan dicapai untuk melabuhkan kapalnya. Oleh karena itu sekolah ini juga mempunyai tujuan atau cita-cita yang ingin dicapai nantinya. 

Maka dari itu, di sini kami duduk bersama menentukan tujuan atau Visi Misi pembentukan sekolah non-formal ini. Bersama dua orang Guru Konsultan Dompet Dhuafa warga dusun Bandaraya merumuskan tujuan pendirian sekolah non-Formal ini. Keterlibatan masyarakat dalam diskusi ini bertujuan agar warga merasa bahwa ini adalah 
sekolah milik warga bukan milik yayasan Dompet Dhuafa.

Dalam perjalanan diskusi ini terlihat antusias warga dalam menyampaikan mimpi-mimpinya cukup luar biasa. Satu persatu warga menyampaikan harapannya melalui sekolah Non-Formal ini. “Kami ingin sekolah ini bisa membuat kami pintar, kami ingin suku akit ini bisa berkembang", ujar warga. Inilah mimpi utama mereka. Ya, pintar dan suku asli ini bisa berkembang. Sesederhana itu harapan warga setempat. Dengan berkembangnya suku asli ini 
warga merasa adalah bagian daro pemerintah Republik Indonesia. 

###

Masyarakat dusun Bandaraya ingin menunjukkan bahwa walaupun kami berada di ujung kepulauan indonesia kami bangga dan ingin maju layaknya masyarakat yang ada di ibu kota.Setelah beberapa menit detik kami berdiskusi maka terbentuklah tujuan yang ingin diraih yakni "Tersedianya Akses Pendidikan bagi masyarakat desa Sokop dan sekitarnya". Ini adalah mimpi sederhana yang dapat kita lihat dengan jauhnya dusun ini dari desanya dan terutama untuk akses pendidikannya maka munculah tujuannya seperti tersebut sebelumnya. 

Dan kami semua berharap ini akan menjadi suatu langkah awal masyarakat mengatakan bahwa pendidikan memang sangat penting dan pendidikan dijadikan kebutuhan dalam keluarga. Untuk jumlah angkatan pertamanya ±18 orang dengan rentang usia 14-23 tahun dan duduk di kelas Paket A.Setelah pembentukkan tujuan atau Visi dan Misi maka apalah yang dapat mengidentitaskan sekolah ini. Yah, nama sekolah. Dimana kita menempuh pendidikan maka khalayak orang akan menanyakan “sekolah dimana?", "sekolah apa?". Untuk memberikan identitas tersebut maka kami beri sekolah ini dengan nama “Sekolah Kapal Peradaban Bandaraya".

"Sekolah Kapal Peradaban Bandaraya" adalah sekolah non-Formal yang akan didirikan di dusun Bandaraya desa Sokop. Kata “kapal” yang mencirikan masyarakat melakukan segala aktivitas banyak menggunakan kapal untuk mencapai suatu tujuan yang akan dicapai dan ini akan menjadi ciri dari sekolah ini. Dengan kata “kapal” itu harapannya kapal ini nantinya akan berlayar membawa masyarakat dusun Bandaraya desa Sokop menuju 
dermaga kesejahteraan melalui pendidikannya. Amin.

Penulis :

Siti Kurniawati
(Guru Konsultan Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa)

###

Berita Lainnya

Index