PEKANBARU,UTUSANRIAU.CO -- Mulai saat ini tinja manusia bisa diolah menjadi energi Biogas. Demikian hal ini dikatakan Hendra sebagai pelaksana proyek Energy Environment Partnership (EEP), Senin (21/4/14).
Katanya, dilakukan penempatan projek tersebut dari tahun 2012 dengan melakukan penelitian dan survai yang akan diajukan ke Irlandia melalui EEEP Indonesia. Sehingga ditetapkan kontrak pada Maret 2013. Sedangkan dilakukan kontruksi pembangunan biogas pada Mei 2013 hingga April 2014.
Karena sistem tersebut berkelanjutan, Hendra berharap adanya program pendampingan yang dilakukan pihak pesantren dan santri. Sehingga lembaga yang dibentuk di Ponpes Dar Rel nantinya dalam melanjutkan pengoperasian biogas kotoran manusia.
Ditanya berapa gas yang sudah diperoleh dari proses biogas kotoran tersebut? Hendra menerangkan, dengan pembangunan tiga digester dan tiga reaktor di Dar Rel Hikamah, itu sudah dapat mengurangi 4-5 tabung umum perbulan. Sehingga ini dapat mengurangi pembiayaan pesantren sekitar Rp3 juta hingga Rp4 juta perbulan.
"Waktu pembuatan fisik pembangunan, kita diberi waktu finising 1 tahun. Namun kita diberi penambahan waktu dengan EEEP 1 bulan, jadi Mei nanti semua laporan dan pertanggungjawaban sudah selesai," tandasnya.
Semetara Kedubes Irlandia, Indira Nurtanti menyatakan pembangunan biogas itu merupakan skema dari EEEP, yang didanai oleh APBN Republik Irlandia dari hasil penyisihan pajak masyarakat Irlandia. Bantuan tersebut untuk negara-negara berkembang, salah satu Negara Indonesia.
Menurutnya, berdasarkan hasil diskusi dari Kementrian Energi dan Mineral, dipilih dua provinsi yang mendapat kehormatan itu. Pertama Provinsi Riau dan Provinsi Kalimatan Tengah.
"Untuk Riau totalnya ada 14 projek pembangunan biogas dari limbah manusia, salah satunya Pekanbaru yang dibangun di Ponpes Dar Rel Hikmah. Sedangkan di Kalimantan Tengah ada 8 projek pembangunan," terangnya.
Ditanya total anggaran yang dikucurkan Republik Indonesia? Indira mengatakan, untuk bantuan projek berbeda-beda. Namun bantuan keseluruhan ada 40 juta Euro. Tapi setiap projek rata-rata mendapat 200 ribu Euro.***(ra)
