Dipesisir Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, terdapat sebuah komunitas maritim yang hingga kini masih menyimpan kisah panjang pergulatan identitas: Duanu. Selama berabad-abad, mereka dikenal luas dengan sebutan Orang Laut—istilah yang lahir dari pandangan luar, baik kolonial, akademisi, maupun masyarakat pesisir lainnya.
Namun, bagi komunitas itu sendiri, istilah Orang Laut tidak sepenuhnya mewakili jati diri mereka. Label tersebut sering dikaitkan dengan kemiskinan, nomadisme, keterbelakangan, bahkan kesan “liar”. Stigma inilah yang membuat mereka sulit menerima sebutan itu sebagai identitas tunggal.
Sebaliknya, masyarakat lebih memilih menegaskan nama Duanu—sebuah endonim yang diwariskan turun-temurun dari leluhur. Duanu bukan sekadar nama, melainkan simbol kehormatan dan martabat. Dengan menyebut diri sebagai Duanu, mereka bukan hanya merawat tradisi, tetapi juga melakukan perlawanan terhadap diskriminasi simbolik yang selama ini melekat pada sebutan Orang Laut.
