PEKANBARU, UTUSANRIAU.CO - Jumlah titik panas di sejumlah Provinsi di Indonesia kembali mengalami peningkatan drastis. Untuk wilayah Sumatera, hotspot terbanyak berada di Sumsel dengan 344 titik disusul Lampung 20 titik.
Kondisi ini tentu sangat berpengaruh terhadap kualitas udara di beberapa daerah yang bertetangga dengan kedua provinsi tersebut, termasuk Provinsi Riau yang dalam beberapa bulan belakangan rajin menerima kabut asap kiriman.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, dari 344 hotspot di Sumsel terkonsentrasi di beberapa kawasan, seperti Ogan Komering Ilir (OKI) sebanyak 320 titik panas.
Artinya 93 persen didominasi oleh daerah tersebut. Bahkan ini sudah terpantau sejak 2 bulan lalu, dimana OKI menjadi sumber kebakaran di Sumsel yang menyuplai asap ke Palembang hingga ke Jambi dan Riau.
Dijelaskannya, berdasarkan pantauan satelit Terra dan Aqua pada Minggu (2/11/2014) pukul 05.00 Wib pagi tadi, hotspot di Kalteng bahkan mencapai 1.225 titik, Kalbar 203 titik, Kaltim 32, sementara disumatera, Sumsel 344 titik panas, dan Lampung 20 titi panas. Dampaknya, jarak pandang disebagian kota seperti Palembang menurun hingga 400 meter.
"Di Kalteng, dari 1.225 hotspot tersebar di Kotawaringin Timur 276 titik, Seruyan 273 titik, Pulang Pisau 232 titik, Kotawaringin Barat 125 titik, Katingan 123 titik, dan beberapa daerah lainnya. 99 persen penyebab karhutla adalah faktor kesengajaan. Bahkan hutan pun juga dibakar, seperti di Suaka Margasatwa Padang Sugihan Sumsel ada 11 hotspot, dan Taman Nasional Tanjung Putting Kalteng 1 hotspot. Modusnya adalah alasan ekonomi karena pembakaran lebih murah," kata Sutopo.
Untuk itu, upaya pemadaman masih dilakukan hingga sekarang. BNPB juga sudah memperkuat Pemda dengan mengerahkan helicopter, pesawat dan modifikasi cuaca. Di Sumsel ada 4 pesawat dan heli untuk pemboman air yaitu Bolco, MI-8, Kamov, Sirkorsky dan Air Tractor. Sementara Pesawat Casa 212 digunakan untuk modifikasi cuaca.
"Total 10.032 sorti penerbangan sudah dilakukan untuk menjatuhkan air 24,4 juta liter guna memadamkan api. Modifikasi cuaca sudah menebarkan 67 ton garam ke awan," terangnya.
Hal serupa juga dilakukan di Kalteng, Riau, dan Kalbar. Namun pembakaran di darat masih terus dilakukan. Menurut Sutopo, upaya penegakan hukum harus lebih ditingkatkan untuk memberikan efek jera. Bahkan hal ini juga harus melibatkan Gubernur, Bupati dan Walikota sebagai penanggung jawab utama penyelenggaran penanggulangan bencana di daerahnya. (hr/lis)
###
