BENGKALIS, UTUSANRIAU.CO - Sebanyak 6 ahli negara Jepang dari berbagai latarbelakang disiplin ilmu dan pakar mengunjungi kawasan cagar biosfer Siak Kecil-Bukit Batu. Kunjungan dipimpin Profesor Masao Ukita dari Yamaguchi University tersebut juga dibarengi dengan melihat langsung stasiun riset milik Badan Penelitan dan Pengembangan (Balitbang) Bengkalis.
Para ilmuawan dari negeri matahari terbit ini ingin melihat secara langsung kondisi permasalahan dan beberapa peluang yang dikerjasamakan, salah satunya yaitu keberadaan kawasan cagar biosfer yang saat ini terdapat stasiun riset Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Bengkalis.
Stasiun riset ini sendiri didirikan bertujuan untuk melakukan riset terhadap flora dan fauna serta berupaya menjaga dan melindungi biodiversity tanaman melalui beberapa pengembangan tanaman endemik kehuatanan dengan teknologi kultur jaringan.
Stasiun riset oleh Balitbang Bengkalis ini juga dilengkapi dengan stasiun pemantauan canopy bridge, yaitu rumah-rumah yang terdapat diatas puncak pohon tertinggi di cagar biosfer untuk memantau dari kejauhan aktifitas flora fauna.
Canopy bridge ini memiliki ketinggian 6 stage untuk istirahat dalam menaiki tangga yang melingkari pohon tertinggi di tengah hutan biosfer, disaat pemanjatan tangga menuju puncak oleh tamu Jepang memang dirasa melelahkan akan tetapi semakin tinggi akan dirasa kesejukan angin disela-sela rerimbunan pohon.
Apalagi saat di pucuk dahan pohon tertinggi yang terdapat stage peristirahatan terakhir dengan pemandangan alam pucuk-pucuk kayu hutan yang berenekaragam jenis dan warna serta sungai bukit batu.
"Konsep Ecominawisata dari Balitbang Bengkalis ini mendapat respon yang positif olehpara peneliti dan tamu-tamu lokal dan oleh ilmuwan Jepang yang peduli dan mencintai lingkungan hutan biosfer, "ungkap Kepala Balitbang Bengkalis Dr Sopyan Hadi SPi MT, Selasa (4/11/14).
Besar harapan stasiun canopy bridge akan dilengkapi fasilitas yang mendukung sebagai pusat pembelajaran lingkungan untuk para pelajar, mahasiswa, para pencinta lingkungan dan rimbawan berskala dunia.
"Karena dengan keterbatasan pembiayaan untuk terus konsen dalam mengembangan cagar biosfer diperlukan tekat yang kuat dan SDM yang handal di Balitbang Bengkalis, ”ujarnya lagi. (bp).
###
